total ping

Tampilkan postingan dengan label MUSICAL. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label MUSICAL. Tampilkan semua postingan

Kamis, 27 Januari 2011

REVIEW: BURLESQUE
























“Well, welcome to Wonderland.”

Membuat film musikal yang sukses tidaklah mudah, menurut sayaBurlesque pun masih belum seberhasil Grease (1978), Moulin Rouge (2001), dan Hairspray (2007), misalnya. Hal ini dikarenakan jalan cerita yang ditawarkan sangat cliché dan predictable. Jadi kalau ingin menontonBurlesque, jangan berharap akan menonton sebuah film yang bagus, tapi lebih seperti menonton sebuah konser yang bagus saja.

Sutradara Burlesque, Steve Antin, sebelumnya lebih sering menggarap video klip musik. Maka tidak heran kalau beberapa scene dalam film ini membuat saya merasa sedang menonton sebuah video klip musik. Bukan hal yang buruk, karena ini adalah film musikal. Tata panggung, pencahayaan, kostum, make-up, serta koreografi benar-benar manawan dan dijamin membuat kita tidak bosan melihat berbagai lagu yang disuguhkan. Rata-rata hampir semua lagu dalam ini enak didengar.

Ali (Christina Aguilera) adalah seorang gadis dari kota kecil yang bekerja sebagai waitress di sebuah cafe sederhana. Ia memiliki kemampuan bernyanyi serta menari yang luar biasa. Suatu hari Ali memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya yang tidak menjajikan tersebut dan nekad menuju Los Angeles guna mengejar impiannya sebagai penyanyi. Tidak sengaja ia melihat The Burlesque Lounge milik Tess (Cher) dan sangat tertarik dengan tempat itu. The Burlesque Lounge adalah sebuah loungeyang menyajikan pertunjukan tarian dengan panggung megah danlighting menawan. Dengan dibantu oleh Jack (Cam Gigandet), salah seorang bartender disana, Ali mendapat pekerjaan sebagai waitress. Namun ketika Tess dan asistennya Sean (Stanley Tucci) membuka audisi untuk penari baru, Ali tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut dan berhasil memukau mereka. Tidak hanya memberikan performa terbaik, Ali juga membantu Tess mempertahankan lounge kesayangannya itu.

Sudah jelas bahwa Christina Aguilera bisa bernyanyi dan menari dengan sangat baik, namun pertanyaannya adalah apakah ia juga bisa berakting? Jawabannya, belum. Akting Aguilera dalam film ini terasa kaku dan dibuat-buat. Namun saya sebagai penonton cukup maklum mengingat ini adalah debut film pertamanya. Beruntung, suara dan lagu yang dinyanyikannya dalam film ini enak untuk dinikmati, sehingga kualitas akting yang dibawah rata-rata itu paling tidak jadi sedikit tersamarkan.

Seperti yang sudah saya jabarkan diatas, faktor kelebihan dalam film ini adalah kualitas vokal Cher dan Christina Aguilera. Dua penyanyi beda generasi ini tampil memukau dalam setiap scene nyanyian yang ada. Hampir semua lagu dalam film ini asik untuk dinikmati, favorit saya pribadi ada dua yaitu “Show Me How You Burlesque” – Christina Aguilera dan “You Haven’t Seen the Last of Me” – Cher. Akting sang diva, Cher, juga bagus dan terlihat sangat menghayati sewaktu menyanyikan lagu favorit saya tersebut.

Para pemeran pendukung mencuri perhatian lebih baik dibanding Aguilera, terlebih Stanley Tucci. Dalam setiap kehadirannya dalam film ini, Tucci pasti mencuri perhatian penonton. Begitu juga dengan Eric Dane yang banyak dikenal orang sebagai Dr. Mark Sloan dalam serial Grey’s Anatomy. Cam Gigandet, Kristen Bell, dan Peter Gallagher lumayan baik kualitas aktingnya, apalagi kalau dibandingkan dengan Aguilera. Hehehe..

Burlesque menurut saya tidak jelek, cukup menghibur dengan nyanyian dan tarian yang memanjakan telinga dan mata. Para pria tentunya akan lebih ‘dimanja’ lagi dengan penampilan wanita-wanita super sexy dalam film ini. Kekurangannya hanya ada pada akting Christina Aguilera yang belum terlalu bagus, kualitas aktingnya masih harus diasah lagi agar lebih luwes dan meyakinkan. Plot cerita yang standar tentunya juga menjadi nilai minus, kalau didampingi dengan cerita yang lebih tidak pasaran pasti Burlesque akan memiliki rating yang lebih baik lagi.

Film musikal memang tergantung selera individu masing-masing. Saya termasuk orang yang lumayan menikmati tontonan musikal, jadi saya merasa lumayan terhibur menonton film ini. Sekarang tergantung selera anda, apakah anda menyukai film musikal? Kalau tidak, lewatkan saja film ini. Tapi kalau anda fans Cher atau Christina Aguilera tentu harus nonton.





Kamis, 09 Desember 2010

REVIEW: TANGLED 3D




























"I know not who you are, nor how I came to find you, but may I just say... Hi. How you doin'?"


Disney's back with their classic CGI animation! Yayyy! Akhirnya Disney kembali membuat film animasi klasik yang sudah dirindukan banyak orang. Tidak hanya anak kecil saja yang menyukai animasi seperti ini, orang dewasa pun pasti akan terhibur dengan jalan cerita unik, kisah yang manis, lelucon-lelucon lucu, gambar nan indah, serta alunan lagu sepanjang film yang enak didengar. Menurut saya Tangled sukses menyembuhkan kerinduan penonton akan film animasi musikal yang dulu sangat diminati seperti Beauty and the Beast, Cinderella, Snow White, dll. Putri Rapunzel mungkin belum seterkenal Putri Salju, tapi saya yakin karakternya akan gampang disukai anak-anak perempuan. Dengan rambut pirang super panjang, serta wajah cantik dan suara indah, pastinya Putri Rapunzel akan menjadi idola baru.


Pada suatu hari, seorang nenek tua jahat bernama Mother Gothel (Donna Murphy) memiliki tanaman ajaib yang dapat membuatnya tetap terlihat awet muda dan cantik. Namun, tanaman tersebut berhasil ditemukan dan digunakan untuk menyembuhkan sang Ratu dan sihir tersebut meresap ke anaknya yang belum lahir. Gothel lalu mencuri bayi tersebut dan mengangkatnya menjadi anaknya sendiri, memanggilnya dengan nama Rapunzel (Mandy Moore) dan menempatkanya dalam sebuah tempat rahasia dan tidak memperbolehkan Rapunzel meninggalkan tempat tersebut sama sekali. Setiap tahun pada hari ulang tahunnya, orang tua Rapunzel selalu menyalakan lentera dan menerbangkannya ke langit. Rapunzel selalu melihat dari kamarnya dan sangat ingin melihat secara langsung. Pada ulang tahun ke-18, ia meminta izin pada Mother Gothel untuk pergi ke dunia luar, namun tidak diizinkan. Tiba-tiba Flynn Rider (Zachary Levi) tidak sengaja menemukan tempat rahasia Rapunzel saat sedang melarikan diri. Mereka pun berteman dan mempunyai kesepakatan untuk saling membantu satu sama lain sampai akhirnya jatuh cinta.


Sebuah animasi yang sangat baik. Saya menonton versi 3D, akan tetapi menurut saya efek 3D-nya tidak terlalu istimewa. Menonton versi 2D-nya pun rasanya sudah bagus karena memang latar belakang pemandangan dan warna dalam animasi ini indah sekali. Terlebih pada adegan lentera terbang, WOW ~ sangat amat indah! Magical moment! Soundtrack disini juga asik untuk dinikmati apalagi didukung dengan suara Mandy Moore yang merdu. Tangled adalah sebuah animasi yang cocok untuk ditonton anak-anak, tentu saja orang dewasa yang memang menyukai animasi boleh menonton film ini. Beberapa lelucon dan karakter disini; seperti si kuda dan si bunglon, sungguh membuat saya terbahak-bahak. Secara keseluruhan, Disney berhasil membawa kembali nuansa animasi klasik yang sepertinya sekarang sudah mulai terlupakan. Great classic musical animation from Disney! :)






Jumat, 11 Desember 2009

REVIEW : DEPARTURES (OKURIBITO)




























"The gift of last memories"

Departures really touched me to tears. Yup, saya nangis nonton film ini. Sebetulnya sudah punya dvd bajakannya dari kemarin-kemarin dan saya juga sudah sempat nonton sekitar 20 menit, tapi saya matiin. Karena teksnya berantakan banget, apalagi ini film Jepang, saya jadi kurang mengerti. Sempat berfikir kalau film ini kurang bagus, tapi untungnya JiFFest 2009 menayangkan film ini. Jadi saya coba untuk beli tiketnya, ternyata .. saya suka film ini. SANGAT SUKA. Memang yaa, seperti yang sering saya tulis sebelumnya, nonton di dvd bajakan dan di bioskop beda banget. Kalau di bioskop semua jelas, fokus kita hanya tertuju pada film. Saya benar-benar bersyukur memilih film ini menjadi salah satu film saya di JiFFest. Ceritanya tentang Daigo Kobayashi (Masahiro Motoki) yang berprofesi sebagai pemain cello di sebuah orkestra. Namun sangat disayangkan oskestra tersebut harus bubar karena sepi peminat. Daigo lalu kembali ke kampung halamannya bersama sang istri tercinta Mika Kobayashi (Ryoko Hirosue). Ketika sedang membaca koran, ia menemukan sebuah lowongan pekerjaan. Di lowongan tersebut tertulis 'departures', tadinya ia kira ini adalah pekerjaan mengantar orang seperti misalnya travel agent. Lalu keesokan harinya ia pun datang ke alamat yang tertera pada lowongan tersebut. Kaget bukan main, ternyata pekerjaannya adalah 'mengantar' orang yang sudah meninggal. Tadinya ia tidak jadi menerima pekerjaan tersebut, namun karena gajinya besar, Daigo pun memutuskan untuk mencoba. Istri dan orang-orang sekitarnya tidak setuju dengan pekerjaan Daigo ini, karena mereka menganggap kalau pekerjaan merias mayat adalah pekerjaan rendah dan membuat malu. Daigo yang tadinya setengah hati dalam menjalankan pekerjaannya lambat laun malah mencintai pekerjaan itu. Film ini benar-benar berhasil menyentuh hati saya. Di mata saya, Departures sempurna tanpa cela. Didukung pula dengan soundtrack yang pas. Di awal film, kita disuguhi lelucon-lelucon lucu yang membuat tertawa, tapi seiiring dengan berjalannya film, emosi kita akan ikut larut didalamnya. Sampai di akhir, air mata pun tidak dapat terbendung lagi. Film ini membuat saya teringat akan almarhum ayah saya yang meninggal belasan tahun lalu. I miss him a lot after watched this film. Kalau anda pernah kehilangan anggota keluarga yang anda cintai, menonton film ini saya jamin anda akan menangis seperti saya. Hebat sekali Departures dapat membangun emosi penonton dari yang tadinya datar saja namun semakin lama menuju ke titik klimaks. Banyak kalimat-kalimat disini yang membuat saya terharu. Akting para pemain juga bisa dibilang sempurna, terlebih pemeran utama, Masahiro Motoki. Departures pastinya mulai sekarang akan jadi salah satu film favorit saya. A-MUST-WATCH. :)



Kamis, 29 Oktober 2009

REVIEW : THIS IS IT




























"Like You've Never Seen Him Before"

Forget everything you think you know about Michael Jackson. Forget the scandals, the surgeries, the rumors, the mysteries. Just let it all go and admit that Michael Jackson was the greatest entertainer in the history of mankind. I went to see this movie as a non-Michael Jackson fan with absolutely no expectations. Terus terang saya bukan fans MJ, tapi saya tahu lagu-lagunya, tahu seberapa terkenalnya dia, dan tahu betapa banyak penggemarnya yang tersebar di seluruh pelosok dunia. He is a legend, don't ask me why. This Is It menurut saya berhasil memuaskan para fans maupun non-fans MJ untuk terakhir kalinya. Dari awal film sampai akhir kita disuguhkan lagu-lagu dan tarian yang bergitu mempesona, diselingi wawancara orang-orang yang terlibat dalam pembuatan konser ini. The song, the dance, the perfomance was AWESOME! I was completely blown away and entertained from beginning to end. His voice and his dance moves are top form and timeless. A consummate artist, a perfectionist, and a visionary. The film is overflowed with his energy, passion, and dedication. Sedih juga yaa MJ udah ga ada lagi, entah kapan ada orang yang bisa sehebat dia. Saya rasa mungkin ga akan ada yang bisa menandingi pesona MJ, suaranya, tariannya, sensasi kehidupannya, dll. Dengan melihat film ini kita jadi tahu kenapa MJ bisa seterkenal sekarang, dia sangat amat perfeksionis. Dia benar-benar tau apa yang dia mau. Hebat! There was so much creativity, sweetness, professionalism, understanding, effort, energy in this film. The professionalism and patience of Kenny Ortega (the producer) was outstanding, he was perfect for this whole production, the cast was phenomenal (especially all the dancers and that female guitarist, she rocks!), MJ was awesome. Come on! 50 years old and dancing, singing like that? Absolutely amazing. This is a must-see for every MJ fan and even non-fans to understand why he was so popular and deserved every bit of the title King of the Pop. He did really give us a final precious work, "this is it"...



Selasa, 14 Juli 2009

REVIEW : HANNAH MONTANA THE MOVIE


















"She has the best of both worlds ... now, she has to pick just one"

Jangan kaget! Please, jangan kaget! Okaaaaaay, saya memang nonton Hannah Montana minggu lalu. Jujur, satu-satunya alasan yang bikin saya nonton film ini hanya karena ga ada film lain yang bisa ditonton, Transformers udah, Ice Age udah, sisanya film Indonesia tapi yang kurang menarik gitu. Lagian, bertepatan dengan pemilu, jadi bener-bener bingung mau ngapain lagi selain nonton. Saya ga suka Miley Cyrus (dan Jonas Brother tentunya), udah pada tau khan? Soalnya di blog ini juga pernah saya bahas tentang 'ketidaksukaan' saya sama si Miley aneh ini. Hehe.. Ga tau kenapa, cuma koq kayaknya mukanya ga enak diliat aja gitu. Well, tapi film ini menurut saya lumayan bagus, enak ditonton, ringan, lumayan untuk ngisi masa liburan kemaren. Ternyata filmnya ga se'lebay' muka dan gayanya Miley koq! Saya belum pernah nonton serial Hannah Montana sebelumnya, tapi cukup ngerti nonton filmnya yang ini. Ceritanya tentang Miley Stewart (Miley Cyrus) yang hidup dengan dua kepribadian berbeda, yang satunya adalah sebagai Miley si gadis remaja biasa, dan satunya lagi sebagai artis super tenar idola ABG, Hannah Montana. Karena terlalu terlena dengan hidupnya sebagai Hannah, ayah Miley khawatir kalau Miley akan kehilangan jati dirinya yang sebenernya. Sang ayah, Robby Ray Stewart (Billy Ray Cyrus), akhirnya memutuskan untuk membawa Miley kembali ke kampung halamannya di Crowley Corners, Tennessee. Tentu saja Miley tidak senang dengan keputusan ayahnya, karena jadwalnya sebagai Hannah Montana sedang super padat. Tapi apa boleh buat, lalu Miley pun berusaha sekuat tenaga untuk menikmati kehidupan di pedesaan itu, yang pada akhirnya berhasil ia nikmati. Apalagi disana ia bertemu dengan teman masa kecilnya, Travis Brody (Lucas Till), yang sudah beranjak remaja juga. Kebersamaan selama disana membuat Miley dan Travis saling jatuh cinta! Ada satu quote bagus yang ada di film ini :

"Life's a climb ... but the view is great"

Penasaran? Nonton aja, masih ada koq di bioskop, atau beli DVD aja. Hehe.. Ga terlalu jelek koq filmnya, ga seperti bayangan saya di awal. Kirain bakal jelek banget gitu, ternyata ngga. Yaaaaaaaa..lumayan aja deh. Ohh iya kalau kamu tanya sehabis nonton film ini saya jadi suka Miley Cyrus atau ngga, jawabannya : tetep NGGA tuh! Hehehe.. *no offense*

Minggu, 07 Desember 2008

WHAT I CRAVING FOR? THE SOLOIST!























"Life has a mind of its own"

Duhh..ga sabar banget deh nunggu film ini diputar di bioskop kita! Memang sih udah banyak banget DVD bajakannya dijual dimana" (stop piracy), tapi saya tetep keukeuh mau nonton di bioskop! Hehehe.. Film The Soloist ditulis oleh Susannah Grant, yang juga menulis untuk film Erin Brockovich, dan disutradarai oleh Joe Wright yang sukses bikin film Atonement dan Pride and Prejudice. Ceritanya diangkat dari kisah nyata seorang musisi tuna wisma dan mengidap penyakit bernama schizophrenia bernama Nathaniel Ayers (Jamie Foxx). Dilain pihak seorang kolomnis di media Los Angeles Times bernama Steve Lopez (Robert Downey Jr) mempunyai rencana untuk menulis tentang para musisi jalanan. Dalam usahanya mencari berita, ia berkenalan dengan Nathaniel Ayers. Tadinya rencananya film ini bakal dirilis tanggal 21 November 2008, tapi karena adanya kendala akhirnya rilis diundur sampai tanggal 13 Maret 2009. Huhuhu.. Padahal pengen cepet" liat aktingnya Robert Downey lagi nih! Robert memang jagonya berbagai macam peran, mulai dari superhero Iron Man, peran jayus seperti di Tropic Thunder, semua pasti dilakoninya dengan manthapppp!! Dan lagiiiii, saya rasa Jamie Foxx patut diacungi jempol untuk aktingnya di film ini, coba deh liat trailernya!

Btw, Selamat Hari Raya Idul Adha untuk yang merayakan!

Pemain :
Robert Downey Jr.
Jamie Foxx
Catherine Keener
Stephen Root
Tom Hollander
Sutradara :
Joe Wright
Penulis :
Susannah Grant
Steve Lopez
Produksi :
Dream Works