total ping

Tampilkan postingan dengan label Life For Passion. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Life For Passion. Tampilkan semua postingan

Minggu, 05 Juni 2011

Eiffel Harus Menunggu

Aku pamit A. Aku pergi untuk mengejar mimpi tergila yang pernah tercetus dalam kepala ini. Mimpi yang mulai tercipta untuk sebuah pembuktian diri.

Kamu selalu dikelilingi orang-orang hebat A. Setiap obrolan pasti didominasi dengan cerita tentang orang – orang hebat ini. Kamu selalu dan selalu membanggakan mereka. Dan seperti biasa aku selalu menjalankan peran sebagai pendengar yang baik. Dalam sunyi perlahan-lahan aku mulai tenggelam, aku hanyalah orang biasa yang tidak mungkin kamu banggakan. Aku hanyalah orang biasa, bukan siapa-siapa.

Lihat aku A, lihat aku.

Aku disini.

Selalu ada di dekatmu.

Kamu yang membuat aku berjanji, suatu hari nanti aku akan membuatmu kagum. Mungkin dengan cara ini kamu bisa melihat aku dengan lebih jeli lagi.

Eropa. Destinasi impian banyak orang, termasuk kamu. Eropa tidak pernah menjadi sedemikian menariknya jika bukan karena ceritamu. Aku tidak akan pernah membayangkan pergi ke Eropa jika bukan karena kamu. Ada sesuatu yang magis dari Eropa sehingga kita betah mengobrolkannya berjam-jam. Pesona Eropa terlalu kuat sehingga aku pun masuk ke dalam pusarannya.

Dan kita pun sama-sama berjuang untuk dapat pergi kesana. Mengambil kesempatan yang ada dan menggunakannya sebaik mungkin. Aku, kamu dan Eropa. Setiap hari Eropa menjadi pembicaraan favorit kita. Aku mulai berbagi imajinasi tentang kita yang bertemu di Paris sebagai kota destinasi terakhir. Menikmati cahaya Eiffel di malam hari, berbagi cerita petualangan selama menjelajah Eropa beberapa hari terakhir sambil duduk bergandengan tangan untuk menghibur diri dari puluhan pasangan mesra yang hilir mudik di sepanjang taman. Saat itu akan menjadi salah satu momen terindah dalam hidupku; Eiffel dan kamu.

Eropa yang telah mendekatkan kita namun dia juga yang membuat hubungan kita menjadi renggang. Perlahan tapi pasti kamu mulai menjaga jarak denganku. Di saat Eropa tinggal selangkah lagi hubungan kita malah memburuk. Semua hal yang berhubungan dengan Eropa selalu ditanggapi dingin olehmu. Aku terpuruk. Aku telah jatuh cinta sedemikian rupa dengan Eropa karenamu. Aku tidak mungkin melepas Eropa, dia telah menjadi mimpiku sebagaimana dia dulu pernah menjadi mimpimu juga. Sekarang semuanya bukan masalah pembuktian diri lagi tetapi mengejar mimpi.

Eropa tidak semenarik dulu ketika kita berencana untuk pergi bersama mengunjunginya. Eropa tidak seromantis saat kita bermimpi melihat Eiffel berdua. Eropa menjadi kata yang menimbulkan perang dingin saat terucap diantara kita. Ini menyakitkan A, hal yang dulu kita cintai malah membuat kita saling menjauh.  Aku kehilangan pegangan A. Tidak ada orang yang mengerti dan mencintai Eropa sebaik dirimu. Aku belajar darimu. Kamu yang menjadi role model aku.

Menyakitkan rasanya saat kamu menghindar dariku, mengacuhkan semua pesan singkat maupun panggilan telepon. Aku butuh kamu A. Ingatkan lagi aku akan pesona Eropa agar semangat ini tidak padam walau aku harus pergi sendirian. Berangkat sendiri ke benua yang jaraknya hampir setengah lingkar bumi, meninggalkan zona nyaman dan tidak tahu pasti apa yang akan ditemui disana membuat aku sulit bernapas dan ingin menyerah kalah.

Kamu bilang Tuhan pasti punya rencana dengan mengirim aku pergi sendirian ke Eropa. Dia ingin menunjukkan sesuatu kepadaku. Sesuatu yang mungkin akan luput dari perhatianku jika kita pergi berdua.

Mungkin Tuhan punya rencana lain untuk kita berdua.

Mungkin Eiffel harus menunggu.

Tapi bisakah kita menunggu?
A, saat aku pulang nanti, bisakah kamu melihat aku dengan lebih jeli lagi?

Rabu, 01 Juni 2011

Life Is About Taking Chances and Challenges

Nekat!!! Rasanya kata ini yang paling tepat untuk menggambarkan apa yang sedang dan akan saya lakukan. Nekat.

Awalnya saya nekat ikutan mengajukan proposal untuk lomba keliling dunia bersama Bentang. Hadiah yang ditawarkan cukup menggiurkan, Bentang akan memberikan sejumlah dana untuk mewujudkan proposal tersebut plus catatan perjalanan akan diterbitkan dalam sebuah buku. Niat saya waktu ikutan lomba ini bukan untuk menang tapi agar tidak menyesal di kemudian hari karena tidak pernah mencoba. Menang urusan belakangan, yang penting bikin proposal sebaik mungkin. 

Eropa menjadi pilihan destinasi Bentang kali ini. Peserta bebas memilih pergi ke negara manapun dengan budget yang telah ditentukan. Pilihan saya jatuh ke Norwegia. Alasannya pasti peserta lain cenderung membuat proposal ke negara populer di Eropa Barat seperti Paris, Jerman, Belanda dan lainnya. Otomatis saingan jadi berkurang dong. Hohoo...

Ternyata kenekatan saya harus berlanjut saat proposal ini berlanjut ke tahap babak selanjutnya. "Asik, Eropa nih", pikir saya. Gratis lagi. Saya tambah semangat tancap gas untuk membuat proposal sesuai permintaan juri. Kalaupun saat itu saya tidak menang, rasanya saya sudah jalan-jalan ke Eropa lewat banyaknya artikel yang dibaca dan itinerary yang dibuat selama proses seleksi. Keinginan saya untuk pergi ke Eropa semakin kuat. Semangat saya semakin menggebu-gebu. Saya ingin menang dan mewujudkan proposal ini. 

Dan saya menang....

Horeee.... Eropa di depan mata....

Tapi ternyata menang bukanlah sebuah akhir dari perjuangan. 

Euforia kemenangan hanya bertahan sebentar saja. Saya kemudian disibukkan dengan proses tanda tangan kontrak dengan Bentang. Dari sini semua rasanya menjadi berbeda. Semangat saya yang ingin melihat Eropa secara langsung menjadi hambar. Saya merasa terbebani dengan tanggung jawab profesional untuk membuat tulisan perjalanan sebaik mungkin. Mampukah saya? Ya ampun, saya baru aktif nulis di blog setahun yang lalu. Tulisan saya rasanya nggak bagus-bagus banget. Track record perjalanan saya juga masih minim (banget). Semua pikiran jelek ini menumpuk di kepala dan membuat mental saya drop ke titik yang paling rendah. Belum lagi saat semua pemenang berkumpul untuk pertama kalinya. Ya ampuuunnn... saya yang paling hijau dan paling muda. Tambah jiper. 

"Kayaknya Bentang salah deh milih gue sebagai pemenang. I'm not that good" pikir saya frustasi. Frustasi ditambah persiapan ini itu untuk keberangkatan, tambah stress. Saat datang ke launching TNT3 dan melihat penulis Bentang (plus CEO) berkumpul rasanya jadi mual. "Ya ampun, siapa sih gue? Nggak ada apa-apanya dibanding sama mereka", dan saya pulang ke rumah dengan kepala berat dan sukses pingsan di atas tempat tidur. 

Saat mencoba menulis launching TNT3 untuk mengalihkan pikiran sejenak, tiba-tiba saya stuck dan merasa tidak bisa menulis. "Mati gue, gue nggak bisa nulis. Nulis satu postingan aja susah, apalagi satu buku" dan saya menghabiskan waktu berjam-jam selanjutnya dengan bengong di depan laptop. Tanpa satu kalimat pun terangkai. Saat seperti ini saya butuh teman untuk bicara, tapi dengan siapa? Ngomong dengan orang tua jelas tidak mungkin, yang ada mereka ikutan panik dan saya tambah stress. Ngobrol sama teman juga saya nggak yakin ada yang mengerti kondisi saya yang sebenarnya. Sampai akhirnya seorang malaikat mampir di Gtalk. Dengan dia saya curhat sambil nangis sesengukan dengan ingus yang terus keluar dan merasa lebih baik setelah menangis mendapat dukungan (thanks ya).

Pikiran saya mulai jernih lagi. Saya siap berangkat. Semua persiapan beres, tinggal tunggu visa keluar, beli tiket, tukar uang, berangkat deh ke Eropa. Sepuluh hari menjelang keberangkatan, saat saya pikir semuanya berjalan lancar dan baik-baik saja, rumah saya kemalingan. Laptop dan SLR yang umurnya belum genap dua bulan raib. Saya lemes waktu dapet kabar ini. Semua data saya hilang. Draft tulisan, proposal, data mentah, foto-foto, hilang. Saya harus mulai dari nol lagi. SLR impian saya juga lenyap. Padahal sudah lama saya memimpikan untuk memiliki dia. Padahal saya khusus membeli dia untuk mengabadikan keindahan Eropa lewat lensanya. Kenapa semuanya harus terjadi sepuluh hari menjelang keberangkatan?

Sedih, tapi saya tidak bisa lama-lama berduka. Mama sangat shock dengan kejadian ini dan terus menyalahkan dirinya sendiri. Saya harus terlihat kuat demi mama. Awalnya saya ragu, haruskah saya berhenti? Masih belum terlambat untuk mengundurkan diri dan membatalkan kontrak dengan Bentang. 

"Kamu jangan pernah mikir untuk mundur", A yang mendapat kabar ini langsung menghubungi saya. "Suatu saat nanti, kamu akan nyesel banget kenapa dulu mundur. Nggak semua orang bisa berangkat ke Eropa dan menerbitkan bukunya sendiri. Kesempatan ini nggak datang dua kali". Saya hanya bisa membalas dengan sengukan panjang dan mengais napas diantara sesak dada ini. 

Life is about taking chances and challenges. Bukankah itu yang selalu saya katakan. Sekarang saatnya saya menepis semua ketakutan; takut nyasar, takut bagasi hilang, takut nggak bisa ngomong bahasa Inggris dengan baik, takut nggak bisa nulis, takut tulisan ditolak, takut deadline, dan segala macam ketakutan yang hanya akan mengekang langkah saya. Kenekatan itu harus dibayar dengan kenekatan yang lain. Modal utama saya untuk mengambil tantangan dan kesempatan ini hanya nekat. Selanjutnya biarkanlah mengalir dan mengikuti pola yang ada. Jadi, berikanlah saya kesempatan untuk melihat Eropa dengan mata kepala sendiri, untuk menjejakkan kaki disana, untuk melihat lukisanNya seperti yang selalu saya minta saat saya berbicara denganNya. Berikanlah saya kesempatan untuk berkarya. Walaupun berat, walau sulit, saya memutuskan untuk menjawab tantangan ini.


Dan disinilah saya sekarang. Beberapa jam lagi akan mengudara menuju Eropa, menghabiskan waktu hampir seharian menuju benua biru itu, menempuh jarak setengah lingkar bumi demi menjawab tantangan dari kenekatan yang telah saya lakukan. Eropa menanti saya, berbagai petualangan yang tidak saya tau siap mengejutkan saya, udara dingin Scandinavia siap menyapa saat saya menginjakkan kaki di bandara Arlanda, Stockholm.  

Saya pamit. Terimakasih untuk semua dukungan dan semangat yang telah teman-teman berikan. Hanya Tuhan yang bisa membalas kebaikan kalian. 

Hugs.


* Maaf belum sempat blogwalking dan membuat tulisan yang cukup baik selama beberapa bulan terakhir ini. Terimakasih untuk kalian yang sudah mampir kesini, membaca tulisan saya, meninggalkan komentar di tulisan atau sapaan di chat box. I do missing you all guys :) *

Selasa, 24 Mei 2011

Pejuang Mimpi

Pejuang mimpi no. 1: Mama

Sekarang mama punya kegiatan baru: belajar ngaji. "HAH.. mamanya Ocha belum bisa ngaji?", pasti itu ya pertanyaan yang langsung terlintas saat membaca kalimat barusan. Iya, mama saya memang belum bisa ngaji. Tapi menurut saya, ibadah seseorang atau hubungan seseorang dengan Tuhan tidak ditentukan dengan kemampuan mengajinya.

Mama tidak sempat mendapat pelajaran mengaji di bangku sekolah. Dulu sekolah beliau masih merupakan sekolah kristen sehinggan pelajaran agama Islam ditiadakan, malah terkadang mama harus ikut berdoa dengan jemaat gereja. Setelah lulus sekolah, menikah, punya anak, dan bla-bla-bla, dengan segala kesibukannya mama semakin tidak punya kesempatan untuk belajar ngaji. Kendala umur yang 'tidak lagi muda' juga menyulitkan beliau untuk mendapat guru ngaji dan metode belajar yang sesuai. Yah, rasanya sudah jamak di masyarakat kita kalau setiap orang Islam pasti bisa mengaji, jadi akan sangat aneh jika orang seusia mama baru belajar mengaji di usianya yang sekarang.

Walau mama tidak bisa mengaji, beliau tidak ingin anak-anaknya mengalami nasib yang sama. Beliau menekankan pentingnya pendidikan agama dan mewajibkan saya dan adik untuk ikut kelas mengaji setelah jam sekolah. Terkadang mama melihat buku Iqro milik saya atau adik dengan pandangan penasaran dan kerinduan yang mendalam. Mama juga terkadang meminta saya untuk mengajarinya mengaji, tetapi selalu menyerah di tengah jalan karena merasa kesulitan untuk mengingat berbagai huruf arab yang asing di matanya.

Jadi bagaimana cara mama beribadah jika beliau tidak bisa mengaji? Mama menggunakan bacaan latin yang sering dituliskan di bawah tulisan arab. Beliau menghafalkan bermacam surat dan doa lewat bacaan latin tersebut. Mama tidak pernah menceritakan perasaannya karena tidak mampu mengaji, tapi tanpa dia bilang pun saya tahu kalau beliau sedih. Sangat sedih.

Seperti mama yang lain, mama saya juga rajin beribadah. Pagi - siang - malam dia selalu beribadah dan mendoakan kami sekeluarga. Tuhan menjadi temannya yang paling dekat saat mama memiliki masalah, Tuhan menjadi pelariannya saat beliau merasa sedih, Tuhan adalah tempat mama mencurahkan tangis, doa, syukur, dan harapan. Mama memang tidak bisa mengaji, tapi selalu melakukan perintahNya dan berusaha menjadi umat yang taat. Lihatlah saya yang bisa mengaji tetapi sering menunda salat, lalai dalam menjalankan perintahNya, bahkan Al-Quran sepertinya hanya menjadi hiasan di atas rak buku. Apalah gunanya pintar mengaji jika tidak bisa mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari? Apa hebatnya pintar mengaji jika kemampuan tersebut tidak pernah digunakan?


Mama sekarang belajar mengaji dengan beberapa temannya yang ternyata juga belum bisa mengaji. Buku Iqro kecil menjadi temannya yang paling setia. Malam minggu kemarin, setelah saya pulang bermain dengan teman-teman, mama meminta saya untuk mengajarinya mengaji. Sembari menyimak pelafalan abjad arab yang masih patah-patah, saya jadi merasa sangat berdosa. Dosa kepada mama karena kurang meluangkan waktu untuk mengurus dan menjaga beliau. Dosa kepada Tuhan karena saya sering melupakanNya, karena saya lebih sering meminta dan meminta daripada bersyukur.

Apa motivasi mama sehingga mau susah payah belajar ngaji? "Supaya pas berangkat haji nanti mama bisa baca ayat-ayat Al-Quran tanpa pakai terjemahan", jawab beliau setelah menyudahi pelajarannya malam itu.

Ya Allah, Kau sudah 'menamparku' dengan cara yang paling halus. Saya malu dengan diri sendiri. Malu sama mama, malu kepadaMu...

Mama tidak perlu malu dengan lingkungan sekitar yang mencemooh ketidakmampuannya mengaji, mama tidak perlu takut pembaca tulisan ini akan menjelek-jelekkan saya dan mama, mama tidak perlu minder karena tidak bisa mengaji. Yang harusnya malu justru saya dan orang-orang yang tidak bisa beribadah sebaik mama, yang tidak atau jarang mengaji padahal memiliki kemampuan membaca tulisan arab. Mama hanya boleh takut dengan Allah.

Untuk mamaku sayang yang sekarang sudah naik ke tingkat 2, terimakasih selalu menjadi inspirasi hidup dalam segala perbuatan dan perkataanmu. Love you mom.

Pejuang mimpi no. 2: Pusti

Manusia konyol yang mampu melumerkan suasana disekitarnya ini sudah menjadi office mate saya sejak dari kantor cabang. Pusti adalah tipe orang yang bisa membuat suasana menjadi meriah. Celetukan segar dan banyolan konyol yang tidak pernah terlintas di kepala saya bisa keluar dari mulutnya. Dia adalah orang yang mudah berbaur dengan lingkungan baru dan disukai banyak orang. Yang paling membuat saya salut, Pusti bisa menjadi orang yang melakukan suatu kecerobohan, ditertawai dan diolok-olok seisi kantor sampai mau mati, tapi tetap bisa tertawa dan bahkan menambahkan olok-olokan tersebut. Suatu kondisi yang tidak akan mampu saya hadapi dengan cara sesantai dia.

Saat ini kantor kami mengadakan kompetisi menyanyi yang melibatkan seluruh grup perusahaan yang tersebar di empat negara; Indonesia, Malaysia, Thailand dan Singapore. Nominal hadiahnya menggiurkan plus kompetisi grand final dan final dilakukan di negara yang berbeda (dengan kata lain bisa jalan-jalan ke negara tetangga gratis). Tahun lalu teman-teman kantor cabang merekomendasikan Pusti untuk ikut mendaftar, sayangnya dia sibuk dengan persiapan pernikahan. Tahun ini, di kantor baru dengan teman-teman yang sama sekali baru, saya merekomendasikan Pusti untuk ikut berkompetisi.

To be honest, saya tidak tahu kalau Pusti bisa menyanyi dengan baik. 'Tantangan' saya agar dia ikut berkompetisi membuat saya mendengarkan salah satu rekaman suaranya. Nggak nyangka, si manusia konyol ini suaranya bagus juga, "You've got the talent Pus, go for the competition" saya makin semangat menyemangati. Sambil nyengir nggak keruan karena berhasil membuat saya terpesona dengan bakat terpendamnya dia menjawab, "Pengen sih, tapi gue nggak PD Cha".

Hah?! Orang seperti Pusti nggak PD-an? Dengan segala kegilaan yang telah dilakukan dia masih kurang PD menghadapi juri dan bernyanyi di depan banyak orang? Mustahil! "Gue belum pernah nyanyi di depan banyak orang" salah satu alasan ini terlontar saat kami istirahat makan siang. "Lagian kan badan gue masih melar abis ngelahirin". Ya ampun, bener-bener bukan Pusti yang saya kenal. Makin gemas dan kesal kalau dia sampai tidak ikut kompetisi ini, "Just try it Pus. Paling nggak lo pernah nyoba. Urusan menang atau kalah sih belakangan, yang penting lo udah berani nyoba". Saya sudah di tahap nekat, kalau Pusti masih kekeuh tidak mau ikutan, maka saya yang akan mengisi formulir atas nama dia dan mengirimkannya.

Ternyata Pusti termakan omongan saya juga. Dua hari sebelum penutupan pendaftaran dia mengirim formulirnya. "Paling nggak gue pernah nyoba", dia mengulang kalimat yang saya ucapkan untuk meneguhkan niat. Just try it. Life is about taking chances and challenges. Make a rhyme on your life, make a splash. Rasanya sia-sia jika masa muda dilewatkan begitu saja dengan hal-hal yang monoton. Buat ritme, cari kegiatan baru, tantang diri untuk melakukan hal yang baru, make a splash on your life.




Hari minggu kemarin kompetisi diselenggarakan. Saya yang bertanggung jawab 'menjerumuskan' pusti merasa perlu untuk menemani dia. Yah, Pusti harus gagal di seleksi kedua, tapi dia menang melawan ketakutan, kepesimisan dan segala pikiran negatif yang menghadang untuk mengikuti kompetisi ini. "Maaf ya Cha gue kalah", ucap Pusti selesai acara. "Nooo, don't feel sorry because you're not win the competition. Lo udah menang melawan diri sendiri lagi dan gue sangat menghargai itu. You must proud of it". Sambil mengemasi barang bawaan tiba-tiba bijaknya saya kumat, "Lagian, kalo nggak pernah nyicipin kalah mana bisa menghargai kemenangan". Yeah, kadang saya bisa amat bijak terhadap orang lain, namun tidak untuk diri sendiri.


Pejuang mimpi no. 3: Saya

Saya. Eerr... Bukan siapa-siapa. Saya hanya orang biasa dengan segudang mimpi. Mimpi yang kalau saya bagi dengan orang lain pasti akan mendapat tanggapan "Muluk amat sih mimpi lo". Saya? Saya hanyalah seorang newbie di dunia blogging, menulis dan jalan-jalan. Mimpi saya yang paling gila: jalan-jalan ke Eropa dan nulis buku sendiri. Muluk kan? 

Dengan semua ucapan yang pernah saya keluarkan untuk menyemangati orang lain untuk mengejar mimpinya, ternyata saya seringkali keteteran juga untuk mengisi penuh baterai semangat dalam mengejar mimpi ini. Mimpi bukan sekedar khayalan atau angan-angan belaka, tetapi dia menunggu untuk diwujudkan. Butuh semangat, kerja keras dan usaha pantang menyerah untuk memperjuangkannya. Memperjuangkan mimpi. Apakah kita bersedia berjuang sepenuh hati untuk mewujudkannya atau membiarkan mimpi tersebut selalu menjadi imaji dalam kepala, it's your choice.

Si Muluk

PS: Belum ada ending untuk cerita yang terakhir, orangnya masih berusaha mewujudkan mimpinya :)

Rabu, 30 Maret 2011

Merry go Round on CHIC Magazine

Seneeeeeeng..... Merry go Round direview di CHIC Magazine :)


Hmm, saya memang nggak dibayar untuk ngeblog. Tapi hal-hal yang diperoleh dari kegiatan blogging itu priceless!  

Kamis, 24 Maret 2011

Setelah Tiga Tahun Bekerja

Hari ini tepat tiga tahun saya bekerja, it’s quite a long time I guess. Tiga tahun bekerja bukan berarti sekarang saya memiliki tabungan yang gendut dan bisa hidup santai berfoya-foya. Umh, gaji saya bisa dibilang cukup walau tidak berlebih untuk memuaskan hasrat belanja. But I do feel fine with it.

Percaya deh, saya nggak punya tabungan dalam jumlah yang ‘wow’. Walau saya bekerja di institusi perbankan bukan berarti saya bisa menerapkan gaya hidup hemat dan rutin menabung dengan baik dan benar. Sungguh bukan contoh yang baik untuk ditiru! Iri dengan teman yang punya penghasilan bombastis dan jumlah simpanan segunung di berbagai tabungan, deposito ataupun reksadana? Pasti! Tapiii... ah nggak juga tuh.

Gaji saya memang kecil, tabungan saya juga keseringan di-break untuk jalan-jalan atau membeli sesuatu. Saya cuma karyawan biasa tapi doyan banget nonton, jalan-jalan, belanja, hang out bareng teman-teman yang pastinya membutuhkan biaya. Udah tau gaji kecil tapi kok masih aja melakoni semua hal yang dianggap ‘pemborosan’ itu, bukannya nabung. Kalau gaji gede, kerjaan mapan, baru deehh boleh ‘hura-hura’. Ah, masa iya?

Setelah tiga tahun bekerja, masih berstatus staff di sebuah bank ternama, gaji cukup (bahkan cenderung pas-pasan) dan nggak punya simpanan uang sama sekali! ‘Gila, kemana larinya duit gue???’. Semua teman dekat saya pasti kompak menjawab ‘Tuuuhh liat di lemari baju dan sepatu’. Ahahahaaa... nggak juga. Saya nggak sekonsumtif itu dalam urusan belanja. ‘Lo jalan-jalan mulu siiihh’, ya ampun kayaknya saya nggak sesering itu juga jalan-jalannya. Jadi kemana dong larinya tuh uang?

Kemana? Nggak tahu kenapa saya nggak terlalu peduli dan nggak pernah memperhitungkan kemana larinya penghasilan selama tiga tahun terakhir ini. Nominal tabungan saya di bank memang minim (banget!), tapi rasanya pengalaman hidup saya lebih kaya dibanding digit angka dalam buku tabungan tersebut. Tabungan hidup saya ada pada pengalaman, petualangan dan perjuangan yang dilakukan sampai detik ini. Hal-hal yang membuat hidup lebih berharga dan bermakna dibanding sekedar bekerja keras mengumpulkan lembaran uang.

Sampai detik bahkan saya masih sering terkejut sendiri dengan semua yang terjadi dalam hidup ini. Bagaimana passion menuntun jalan saya menuju pengalaman yang menyenangkan dalam hidup. Kesukaan saya pada film membuat saya ingin mengeksplorasi tentang film itu sendiri. Belajar film secara otodidak, rajin datang ke berbagai festival film, bertemu sesama movie freak, berdiskusi tentang film, memperbaiki cara mereview film hingga akhirnya beberapa tulisan saya bisa dipublish dalam buletin film independen. Saya hanyalah seseorang yang suka film, tapi lihat bagaimana passion telah menuntun jalan hidup saya.

Track record perjalanan saya juga tidak sebanyak orang-orang lainnya tetapi saya berusaha memaknai setiap langkah yang telah dijejakkan. Membuat saya lebih menghargai negara sendiri, belajar kebudayaan lain serta bertemu banyak orang baru yang menambah pengalaman dan petualangan dalam hidup yang hanya sebentar ini. Tiket menuju pengalaman dan petualangan baru di benua biru sih lebih dari sekedar bonus yang diberikan oleh sesuatu yang bernama passion.

Mengutip salah satu quotes favorit saya dari serial TV Ugly Betty, 'Its not how much you have, its about how you spend it', yang terpenting bukanlah berapa banyak uang yang kita miliki tapi bagaimana kita menggunakannya. Sudah menjadi kodrat manusia untuk tidak pernah merasa puas dengan apa yang dimiliki, sebesar apapun pendapatan yang dimiliki pasti akan selalu dan selalu merasa kurang. Jadi mengapa tidak mengubah pola pikir seperti itu, bersyukur dengan apa yang dimiliki dan melakukan hal-hal yang menjadi passion hidup. Waktu kita terlalu berharga jika hanya dihabiskan dengan berkutat pada pekerjaan harian demi gaji bulanan.

Jangan pernah takut mengejar passion dalam hidup masing-masing karena kita tidak pernah tahu kemana passion akan menuntun jalan hidup kita. Tabungan hidup itu jauh lebih bernilai dan bermakna dibanding nominal saldo dalam tabungan kalian. Nggak perlu merasa rugi mengeluarkan dana pribadi demi sebuah passion karena dia akan memberikan sesuatu yang lebih dari setiap sen yang telah kalian keluarkan. 

Cape seharian kerja, pulang malem pula, tapi masih diberi pemandangan cantik untuk dinikmati :)

Oh ya satu lagi, kebanyakan teman-teman saya sudah berganti tempat kerja dengan nominal gaji yang pastinya lebih besar. Salah satu cara untuk menaikkan gaji memang dengan pindah ke perusahaan baru dan ‘menjual’ kemampuan bekerja yang telah terbukti di tempat kerja lama. Ngiler juga sih ngeliat gaji mereka yang sekarang jauuuhhh di atas saya, tapi saya nggak tertarik untuk pindah kerja tuh. Bukan karena saya terjebak di zona aman, tapi karena saya menemukan keluarga kedua di tempat ini. Uang sih bisa dicari, tapi teman-teman dekat yang selalu suportif dan pengalaman dalam hidup itu tidak bisa dinilai dengan uang. 

Jumat, 04 Maret 2011

Nonton Java Jazz Bareng Mama :)

'Ma, kan ada Santana di Java Jazz.'

'Masa? Wah pasti bagus.'

'Mama mau nonton? Nanti aku cariin tiketnya ya.' Mama pasti pengen banget nonton Santana, beliau punya selera bagus untuk urusan musik.

'Enggak deh teh, tiketnya pasti mahal', sayangnya mama selalu mengalah dan mendahulukan kesenangan anak-anaknya.

Kantor saya termasuk dalam daftar penerima compliment ticket dari Java Festival Production yang menyelanggarakan hajatan tahunan Java Jazz Festival dan Java Rockin' Land. Divisi saya biasanya kebagian menjalankan transaksi valas yang menjelimet dan menggunung. Mendapat transaksi dari promotor ini artinya adalah pulang malam dan kerja menguras otak, tapi Java Festival selalu berbaik hati memberikan compliment ticket bagi orang-orang yang telah membantu kelancaran setiap acara yang diadakan. 

Compliment ticket Java Rockin' Land 2010 yang tidak sempat saya pakai :(

I'll do my best for Java Festival Production transactions. Keinginan saya untuk bisa mendapat compliment ticket menjadi begitu menggebu-gebu karena ingin mengajak mama menonton konser sekelas Java Jazz. Lebih bagus lagi kalau bisa mewujudkan mimpi beliau melihat aksi Santana secara live. Pulang malam dan kerjaan menumpuk menjadi agenda rutin selama sebulan menjelang perhelatan Java Jazz Festival. Satu-satunya hal yang membuat saya tetap bersemangat (dan menambah dosis kafein dalam jatah kopi harian) adalah bayangan akan menonton konser bersama mama tersayang. 

Mama sendiri mungkin tidak terlalu bersemangat untuk menonton Java Jazz tapi saya ingin mama dapat merasakan sebuah pengalaman menonton konser; bernyanyi dengan ratusan orang lainnya, menggoyangkan badan mengikuti irama yang ada dan larut dalam euforia kegembiraan. Sesuatu yang mungkin belum pernah mama rasakan. Entahlah, beberapa waktu terakhir ini rasanya saya ingin melakukan banyak hal bersama orang tua tercinta, menghabiskan lebih banyak waktu bersama mereka dan mengajak mereka merasakan sesuatu yang belum pernah dirasakan selama hidupnya. Sesuatu yang pasti akan mereka sukai. 

Sayangnya compliment ticket yang tersedia hanyalah daily ticket, untungnya bagian marketing berbaik hati  dengan memberikan saya tiket hari Jumat sehingga masih memungkinkan untuk saya mencari Santana special ticket show dengan dana sendiri. Tiket yang sangat mahal apalagi saat mendekati hari H membuat niat saya untuk mengajak mama menonton Santana harus dikubur dalam-dalam. Saya kecewa, tapi saya lebih takut mama yang lebih kecewa. Oh God, saya hanya ingin mengajak mama bersenang-senang dan lepas dari rutinitas hariannya. 

Sepertinya mama menangkap keinginan saya ini. Beliau mau ikut menonton Java Jazz walau saya sudah memberikan worst case scenario (hall yang penuh banget, berdiri sepanjang show, acara sampai tengah malam). 'Urusan cape itu sih belakangan', mama meyakinkan saya kalau dia mampu mengikuti jalannya acara. Saya juga mewanti-wanti mama untuk memberitahu saya sesegera mungkin jika beliau merasa capek atau hall terlalu penuh sehingga beliau merasa tidak nyaman. Java Jazz, here we come....

Performance artist yang saya incar adalah Glenn Fredly. Sayangnya karena kemacetan Jakarta kami harus melewatkan Glenn. Then what? Saya sendiri nggak tahu mau menonton apa saya mama. Krik krik krik..... Hal ini selalu terjadi karena kurangnya antisipasi untuk menonton konser. Di salah satu hall yang masih kosong The Groove akan tampil kurang dari satu jam lagi. Rasanya hall ini cukup 'aman' untuk didatangi bersama mama. Penonton belum berjubel dan masih bisa duduk santai di dalam hall.

The Groove ternyata memberi penampilan yang luar biasa. Outstanding! Rasanya bener-bener diajak reunian ke beberapa tahun silam dengan lagu-lagu The Groove. Untungnya juga mama kenal baik dengan semua lagu yang dibawakan The Groove malam itu. The Groove was grooving up the audience that night, including me and mom :) 

Berikutnya adalah Tompi. Antrian memasuki hall lumayan mengular. Saya dan mama masuk dari sisi yang lebih kosong. Saat pintu dibuka semua pengunjung merangksek maju, mama dan saya ikut terdorong ke depan. Saat saya mengkhawatirkan keadaan mama, beliau malah mengajak saya berlari masuk ke dalam hall dan mencari posisi enak di tengah hall. Ah mama, ternyata beliau sudah tertulari euforia Java Jazz dan tidak mau kalah bersaing dengan pengunjung yang lebih muda. 

Could you see Tompi in stage? ;)

Penampilan Tompi lebih mencengangkan! Saya salut dengan musikalitas dan kemampuannya menguasai panggung. Terlebih saat Tompi menyanyikan lagu I Know You So Well dengan nuansa jazz yang sangat berbeda. Musik jazz mungkin dirasa terlalu berat sehingga peminatnya tidak sebanyak musik bergenre pop, padahal jazz ringan yang easy listening juga menyenangkan untuk didengar. Seperti film Indonesia yang tidak jelas genrenya (horor lebih mengarah ke seks dewasa), kondisi musik Indonesia pun tidak berbeda nasibnya dengan dimonopoli irama melayu semacam ST12 dan teman-temannya. Lagi-lagi, selera masyarakatlah yang menentukan genre mana yang akan terus berkembang dan bertahan. Jika ingin musik Indonesia terus didominasi irama melayu, maka gila-gilailah musisi yang bergerak dalam jalur tersebut. Tetapi jika ingin musik Indonesia menjadi lebih berkualitas dan berkembang maka hargailah genre musik yang lain. 

Di tengah konser Tompi mama terlihat diam dan kurang menikmati acara. Beliau ijin untuk ke belakang dan duduk di luar hall. Ya, inilah tanda saya harus mengakhiri malam menyenangkan di Java Jazz. Saya tidak akan memaksa mama, jika mama merasa cukup maka itu artinya cukup. Kami sudah cukup bersenang-senang malam ini. Dan saya bisa lihat dari senyum beliau, walau tidak bisa menonton Santana namum musisi dalam negeri mampu memberi penampilan sempurna yang memukau penontonnya. 

'Lebih enak nonton yang dalam negeri ya teh, bisa ikut nyanyi dan ngerti lagu-lagunya', komentar mama ketika kami keluar dari stage Sondre Lerche.

'Jadi nggak nyesel dong nggak bisa nonton Santana ma?' goda saya.

'Nggak sama sekali', jawab mama mantap.

'Tahun depan Java Jazz lagi ya maaa....' :)

PS: Nggak ada foto saya dan mama sama sekali. Alasannya saya cape berat pulang kerja langsung ke Java Jazz sehingga mood foto jadi hilang begitu saja. Selain itu kamera saya (akhirnya) rusak berat. Hm, saatnya membeli DSLR *buka-buka katalog Canon*.

Kamis, 24 Februari 2011

Umur, Pekerjaan dan Masa Depan

Menjadi yang termuda di kantor sepertinya selalu membawa konsekuensi tersendiri. Mulai dari dianggap kurang kompeten, masih manja, childish, tidak mampu berbaur dalam lingkungan kerja, egois dan lain sebagainya yang bernada sinis dan negatif. Peran saya di kantor sih komplit banget, menjadi yang termuda dan tidak memiliki latar belakang ilmu perbankan sama sekali. Sulit untuk menggambarkan bagaimana lingkungan kerja 'memandang' saya pada masa itu. Tekanan yang demikian sangat besar membuat saya bersahabat dengan toilet, sebuah tempat aman dimana saya bisa menangis tanpa harus terlihat cengeng. Ergh, If only you know what I feel

Untungnya saya adalah tipe orang yang tidak terima jika dipandang sebelah mata oleh orang lain. Semakin besar orang lain meng-underestimate maka semakin gigih perjuangan saya untuk membuktikan kalau saya bisa. Jadi saya mulai melihat kelebihan-kelebihan rekan kerja, tidak lelah dan selalu mau belajar dari mereka serta mencari celah agar atasan dapat melihat peningkatan kinerja saya. Voila, setelah satu tahun lebih bekerja atasan mempercayakan saya untuk pindah ke bagian lain dengan prestige yang (hopefully) lebih baik. 

Ada kepuasan tersendiri ketika saya berhasil membuktikan kepada orang-orang yang underestimate tersebut kalau ternyata saya bisa. Bahwa semua pikiran negatif mereka itu salah. From nobody became somebody. Menyenangkan saat orang lain mengakui kelebihan kita, menghargai usaha kita dan (ehem) menyadari secara diam-diam kalau mereka salah telah meng-underestimate kita. Satu hal lain yang membuat saya lebih menikmati fase ini karena saya adalah yang termuda di kantor. Haha, saya memang yang termuda di kantor tapi kalian tidak bisa meremehkan kemampuan saya begitu saja. (Notes: statement yang terdengar sangat culas  namun sepertinya sebanding dengan semua perjuangan saya untuk sebuah 'pengakuan').

Sayang, sepertinya sekarang saya terjebak di zona aman. Setelah pindah ke kantor pusat tiba-tiba pekerjaan saya menjadi bukan main banyaknya. Tidak ada waktu lagi untuk memperkaya diri dengan ilmu-ilmu baru yang nantinya berguna sebagai nilai jual di mata atasan. Sementara itu teman-teman lain yang baru masuk menguasai beberapa pekerjaan yang sama sekali baru untuk saya. Dari sini saya menjadi belajar, tidak selamanya predikat the youngest and toughest girl in the office dapat terus bertahan. Akan selalu ada saingan baru, pekerjaan baru dan ilmu baru yang jika tidak dikejar akan membuat kita tertinggal di belakang. Umur pun akan selalu bertambah setiap tahunnya dan hari ini umur saya bertambah satu :)

Hari ini umur saya genap 25 tahun. Sebuah fase kehidupan yang membuat saya sedikit gentar untuk memasukinya. 25 tahun berarti 1/4 abad sudah saya hidup di dunia ini. Lalu apa yang telah saya lakukan? Apa yang sudah saya hasilkan? Apa yang sudah saya capai? Hati saya sedikit berbedar saat mengingat 25 tahun adalah sebuah usia dewasa. Apakah saya sudah dewasa? Apa ukuran kedewasaan itu? Bagaimana jika lingkungan tak bosan-bosannya menilai saya belum dewasa? Berbagai pertanyaan tentang fase umur 25 tahun ini terus berputar di kepala saya hingga seorang teman bertanya, 'Lima tahun dari sekarang lo mau ngapain?'.

Akhir-akhir ini rasanya beberapa orang menanyakan pertanyaan yang sama dan saya selalu tidak punya jawabannya. Mungkin saya adalah tipe orang yang lebih suka berpikir dalam jangka pendek, saya lebih suka mengerjakan apa yang ada di depan mata sebaik mungkin, urusan masa depan itu belakangan. Memang tidak baik sih pemikiran seperti ini karena setiap orang harusnya memiliki perencanaan jangka panjang yang cukup matang. Tapi saya selalu kesulitan untuk menemukan jawaban 'akan jadi apa saya lima tahun yang akan datang?'. 

Saat ditanya rencana menikah, saya hanya angkat bahu. Bukan bermaksud skeptis atau apa, hanya saja rencana menikah tampaknya masih sangat jauh dari bayangan saya. Mengingat fakta bahwa saya juga belum menemukan Mr. Right jadi saya tidak pernah memikirkan urusan menikah. Kalau saya jawab rencanya lima tahun ke depan adalah ke Paris, teman-teman malah menahan tawa dan sedikit mencemooh, 'Ngapain ke Paris?' tanya mereka. 'Pengen liat Eiffel' jawab saya asal. Sepertinya untuk beberapa tahun ke depan saya hanya ingin melakukan passion yang ada. Itu artinya jalan-jalan, nonton, bertemu banyak teman-teman baru dan menulis. 

Untuk sebagian besar orang mungkin passion bukanlah apa-apa. Bagi saya passion adalah segalanya. Dia adalah bahan bakar yang membuat saya selalu bersemangat menjalani hidup. Dia membuat hidup saya lebih berwarna dan membuat saya lebih mengenal diri sendiri. Mungkin saat ini saya lebih cocok dibilang berada dalam fase ingin menikmati waktu yang dimiliki untuk mengeksplor apa yang disukai. Saya hanya ingin dikelilingi orang-orang yang saya sayangi dan menyayangi saya. Kalau Mr. Right tiba-tiba datang dan mengajak menikah anggap saja itu bonus :)

Is thinking.... Oohh masa depan...

Ok, jadi kesimpulan dari tulisan ini adalah: Sekarang saya 25 tahun, bekerja dalam zona aman yang secara perlahan-lahan akan membuat saya mati bosan, dan ummmhh.... masih single. (Notes:  for the last statement, should I be proud or cry like a baby? lol).


PS: Sedikit malu untuk mengakui, namun beberapa minggu ini saya belum sempat menulis sesuatu yang lebih berisi dan blogwalking ke tempat teman-teman. Maafkanlah, pekerjaan saya bulan ini super duper menumpuk. Sebisa mungkin saya akan segera kembali dalam dunia blogosphere. Terimakasih untuk yang setia mampir dan meninggalkan komentar di halaman Merry go Round :)

Senin, 03 Januari 2011

Movies In 2010

I’ve watched 140 movies in 2010

January
1. Sherlock Holmes
2. Alvin and The Chipmunks 2 (eh?)
3. Hari Untuk Amanda
4. Nine
5. Tooth Fairy
6. Rumah Dara
7. The Edge Of The Darkness

February
1. A Moment To Remember
2. My Girls and I
3. (500) Days Of Summer
4. He’s Just Not That Into You
5. From Paris With Love
6. Valentine’s Day
7. Percy Jackson and The Lighting Thief
8. Wolfman
9. Hachiko Monogatari (Japan version)

March
1. It’s Complicated
2. Green Zone (dan sukses tertidur di setengah filmnya)
3. Wall E
4. Re-watch National Treasure 1
5. National Treasure 2
6. The Hangover
7. Eragon
8. The Accidental Husband
9. Ghost Of Girlfriend Past
10. Re-watch Narnia: The Lion, The Witch and The Wardrobe
11. Imaginarium Of Doctor Parnassus
12. Alice In The Wonderland
13. My Name Is Khan
14. Marley and Me

April
1. Hachiko (Hollywood version)
2. Bride Wars
3. Arisan
4. The Notebook
5. Before Sunset
6. Four Christmas
7. Re-Watch Golden Compass (Dakota Blue Richards was stunning)
8. How To Train Your Dragon
9. Clash Of The Titans
10. Duplex
11. Slumdog Millionaire
12. Ratatourie
13. The Lake House
14. Pirates Of The Carribean 2
15. When In Rome
16. Remember Me
17. Coyote Ugly
18. Bedtime Stories
19. Pirates Of The Carribean 3

May
1. UP
2. Inglorious Basterds
3. Yes Man
4. Brokeback Mountains
5. Fiksi
6. Alvin and The Chipmunks 1 (eh?)
7. I Saw The Sun (Turkish Film Festival)
8. Vicky Christina Barcelona
9. New In Town
10. The Reader
11. Paris Je t’aime
12. Inkheart
13. Julie and Julia
14. Princess and The Frog
15. Old Dog
16. The Hurt Locker (dan kembali tertidur di setengah film terakhir)
17. The Animal
18. Identitas (dan masih heran kenapa film ini menjadi film terbaik FFI 2009)
19. Shrek 3
20. Pintu Terlarang
21. I Love You Man
22. 3 Doa 3 Cinta
23. Rachel Getting Married
24. Last Change Harvey
25. Mereka Bilang, Saya Monyet

June
1. In Her Shoes
2. Bukan Cinta Biasa
3. Merah Itu Cinta
4. The Edge Of Love
5. How To Lose A Guy In 10 Days
6. Perempuan Punya Cerita
7. Sex and The City 2
8. Hidden Floor
9. I Hate Valentine’s Day
10. Everybody’s Fine
11. Penelope
12. Get Smart
13. Toy Story 3
14. Tanah Air Beta
15. Knight and Days

July
1. Eclipse
2. Despicable Me
3. Sorcerer’s Apprentice
4. Inception
5. The Dreamer

August
1. Avatar The Last Air Bender
2. Salt
3. Re-watch Inception (I Loooove Joseph Gordon Levitt)
4. Love Happens
5. Ocean’s 13
6. Re-watch 13 Going 30 (this movie has good story indeed)

September
1. Cin(t)a
2. Enchanted
3. 27 Dresses
4. Punk In Love
5. Coklat Stoberi
6. All About Steve
7. Dear Frankie
8. The Sixth Sense (one of greatest movie from Mr. Syahlaman I ever seen)
9. Re-watch The Devil Wears Prada (cant you resist Prada, Meryl Streep, and Anne Hathaway in one movie?)
10. 17 Again

October
1. Hello Murderer (Korean Movie Show)
2. Lovers Of 6 Years (Korean Movie Show)
3. 3 Idiots
4. The Blind Side (Bullock’s doing a great job here)
5. The Bounty Hunters
6. The Traveler’s Time Wife

November
1. Monsters (INAFFF)
2. The Girl Who Kick The Hornest Nest (INAFFF)
3. With Friends Like This (Europe On Screen)
4. The Secret Of Kells (Europe On Screen)
5. Mataharis (Europe On Screen)
6. Ruma Maida
7. Intelligent Plants (Science Film Festival)
8. Countdown On The Yantze (Science Film Festival)
9. The Blue Wonder: Raja Ampat (Science Film Festival
10. Unstoppable
11. Harry Potter and Deathly Hallows
12. 3 Hati 2 Dunia 1 Cinta (JIFFest)
13. Minggu Pagi Di Victoria Park (JIFFest)
14. Sang Pencerah (JIFFest)
15. BelkiBolang (JIFFest)
16. Incendies (JIFFest)
17. Storm In My Heart (JIFFest)

December
1. Rapunzel
2. The Queen
3. Narnia The Voyage Of The Dawn Treader
4. Evan Almighty
5. I Am Legend
6. Little Miss Sunshine
7. Up In The Air

Umh, have you known that I'm a movie holic?

Marry me, please :)

Minggu, 05 Desember 2010

Euforia JIFFest Yang Memudar


Akhirnya pecinta film tanah air dapat bernapas lega karena 12th Jakarta International Film Festival (JIFFest) tetap dilaksanakan. Perhelatan JIFFest ke-12 ini memang terhadang masalah finansial, panitia kesulitan mengumpulkan dana dan sempat menggalang dana dari masyarakat lewat gerakan SaveJIFFest. Sempat terdengar isu jika dana yang terkumpul tetap tidak mencukupi maka pelaksanaan JIFFest akan diundur sampai tahun depan. Terimakasih untuk Nokia sebagai sponsor utama, paling tidak denyut nadi JIFFest dapat diselamatkan kali ini.

JIFFest digelar dari tanggal 25 November - 5 Desember 2010 dan memutar 91 film dari 33 negara. Venue acara dibagi dalam tiga tempat, Blitz Megaplex Pacific Place, Kineforum, dan Binus International University. Pendiri JIFFest, Shanty Harmayn dalam konfrensi pers Save Our JIFFest memang sempat menyatakan kemegahan JIFFest mungkin akan dikurangi sehubungan dengan minimnya dana. Jumlah film dan event memang dikurangi, tetapi kualitasnya tetap dipertahankan.

Film yang mendapat kehormatan untuk membuka layar JIFFest kali ini adalah Waiting For Superman, sebuah film dokumenter asal negeri Paman Sam yang memperlihatkan perjuangan anak-anak untuk mendapat pendidikan. Film ini dinilai cukup mewakili pelaksanaan JIFFest yang menghadapi ancaman serius akibat kurangnya dana. 'Meskipun selalu dihadang hambatan, kami percaya bahwa festival ini harus terus diadakan untuk membuat kota Jakarta menjadi kota yang nyaman dan penuh dengan keragaman budaya', ungkap co-director JIFFest Lalu Roisamri.

Beberapa film yang merajai Cannes 2010 turut diputar disini, diantaranya Uncle Boonmee Who Can Recall His Past Lives (Thailand) yang memenangkan Palme D'or, Biutiful (Spanyol/Meksiko) dimana Javier Berdem dinobatkan sebagai aktor terbaik, dan film dokumenter Armadillo (Denmark) yang meraih Critics Week Grand Prix. Film fantasi Scott Pilgrim vs The World diharapkan dapat mengulang kesuksesan (500) Days Of Summer yang diputar di JIFFest 2009.

Setiap tahun JIFFest menggelar Indonesian Feature Film Competition untuk memilih film Indonesia terbaik, sutradara terbaik dan film terfavorit. Adapun delapan film yang akan berkompetisi adalah 3 Hati 2 Dunia 1 Cinta (Benni Setiawan), Alangkah Lucunya Negeri Ini (Deddy Mizwar), Emak Ingin Naik Haji (Aditya Gumay), Minggu Pagi di Victoria Park (Lola Amaria), Rumah Dara (Mo Brothers), Sang Pemimpi (Riri Riza), Sang Pencerah (Hanung Bramantyo), dan Tanah Air Beta(Ari Sihasale).

Mengambil tema "And JIFFest For All", kali ini JIFFest terlihat begitu muram. Jika tahun lalu lagu Sweet Disposition yang dijadikan theme official trailer JIFFest ke-11 berhasil menghentak semangat penonton dalam euforia JIFFest, maka tahun ini official trailer JIFFest yang hanya ditemani ilustrasi musik terasa begitu suram dan sedih. JIFFest bahkan tidak memanfaatkan Twitter secara maksimal sebagai media promosi dan perbincangan dengan followersnya. Sangat disayangkan, apalagi jika mengingat INAFFF yang berhasil menciptakan euforia tersendiri sehingga followersnya begitu bersemangat untuk menyambut festival film fantasi ini.


Official Trailer JIFFest 2009


Official Trailer JIFFest 2010

Pelaksanaan JIFFest 2010 memang terlihat sangat terseok. Blitz Megaplex Pacific Place sebagai main venue hanya membuka dua layar saja untuk public screening dan studio yang digunakan pun tidak terlalu besar. Kineforum sebagai tempat alternatif pemutaran film hanya memiliki satu studio dengan kapasitas 45 kursi saja dan Binus International University hanya difungsikan untuk kegiatan workshop dan seminar. Semua tiket pemutaran film di Blitz dijual seharga Rp. 25. 000 dan cukup donasi Rp. 10.000 untuk screening di Kineforum. Khusus untuk film Indonesia yang masuk dalam Indonesian Feature Film Competition diputar secara free screening.

Saat pelaksanaannya, beberapa rundown acara terlihat berantakan. Contohnya saat pemutaran The Blue Mansion yang dihadiri oleh sutradaranya Glen Goei. Karena panitia yang kurang sigap, akhirnya penonton banyak yang meninggalkan studio sebelum sesi tanya-jawab dimulai. Pintu studio seringkali belum dibuka walau beberapa menit lagi film segera dimulai. Setelah masuk dalam studio pun penonton masih harus menunggu film diputar dengan rangkaian iklan promosi dan official trailer JIFFest 2010, kemudian 'bleb' lampu menyala kembali karena panitia belum memberikan sambutannya, setelah itu lampu diredupkan kembali dan akhirnya film diputar. Minimal dibutuhkan waktu 15 menit untuk semua 'pernak-pernik' ini sebelum penonton dapat menikmati film yang diputar. Tentu pentonton tidak keberatan dengan semua itu asalkan film tetap diputar sesuai dengan jadwal yang tertera.

Kendala teknis juga terlihat saat pemutaran film. Premier Belkibolang harus mengalami musibah gambar macet di beberapa scene, bahkan saat pemutaran Sang Pencerah film mendadak terhenti dan lampu studio kembali dinyalakan. Lucunya, dua dari tiga film yang diputar dalam Indonesian Feature Film Competition tidak menyertakan subtitle dalam bahasa Inggris. Mengingat ini adalah festival film bertaraf internasional dan juri yang menilai pun bukanlah orang Indonesia, rasanya setiap film Indonesia yang diputar perlu menyertakan subtitle. Terlepas dari siapa yang bertanggung jawab untuk insiden-insiden tersebut, rasanya kesalahan seperti ini harusnya sudah dapat diminimalisir. Terlebih jika mengingat JIFFest sudah memasuki tahun pelaksanaannya yang ke-12.

Walau JIFFest mulai mengalami kendala dana sejak tahun 2009 dan hanya membuka empat layar di Blitz Megaplex Grand Indonesia namun kemegahan dan semangatnya masih terasa. Tahun lalu semangat JIFFest terlihat jelas oleh antusiasme pengunjung untuk menonton sebanyak-banyaknya film berkualitas yang tidak mungkin diputar di bioskop lokal, apalagi tahun kemarin beberapa film dokumenter dan film dari Asia Tenggara ikut diputar secara free screening. Euforia bercampur semangat kompetisi begitu terasa di atmosfir Blitz Megaplex Grand Indonesia.

Mungkin, daripada memilih Kineforum sebagai tempat alternatif pemutaran film, JIFFest bisa memilih beberapa kedutaan besar yang turut bekerja sama. Mereka pasti memiliki aula dengan kapasitas yang lebih besar sehingga pengunjung tidak perlu takut kehabisan tiket dan tidak sia-sia datang ke venue acara. Media promosi pun tidak perlu mengandalkan publisitas dengan biaya super mahal, twitter dapat menjadi sarana promosi yang tidak kalah hebatnya jika digunakan secara maksimal.

Publik pasti maklum jika pelaksanaan JIFFest kali ini diadakan dengan skala yang lebih kecil. Publik pun bersedia membeli tiket dengan harga normal dan mengerti jika pemutaran free screening tidak dapat diadakan sebanyak tahun sebelumnya. Hanya saja publik kecewa dengan ikut hilangnya semangat dan euforia yang selalu menyertai JIFFest. Bukankah JIFFest bisa terus ada karena publik yang selalu mendukungnya?

'Mari kita buat festival tahun ini menjadi festival yang paling berkesan!'
Ah, rasanya harapan co-directors JIFFest Lalu Roisamri ini sulit untuk diwujudkan. JIFFest kali ini terlalu tidak berkesan untuk menjadi yang paling berkesan.

So, see you in JIFFest 2011? Well, hopefully.

Kamis, 02 Desember 2010

Happy Birthday A, Happy Birthday Merry go Round

'Happy birthday A.
You're not getting older, you're getting better :)
Cheers.'

Dear A, akhir November kemarin umur kamu bertambah. Itu juga artinya umur Merry go Round genap satu tahun. Konyol memang kalau mengingat alasan utama aku membuka akun di blogspot; sekedar ingin mengetahui dunia yang telah mengantarkan nama kamu dikenal banyak orang.

Seorang teman baik pernah berkata, Tuhan pasti memiliki maksud tertentu saat mempertemukan kita dengan seseorang. Aku juga yakin, Tuhan pasti punya tujuan sendiri saat mempertemukan kita berdua. Banyak hal yang ingin aku pelajari saat mulai mengenal kamu, aku ingin tahu dan mengerti segala hal yang kamu sukai, yang kamu gandrungi, karena aku ingin mengerti kamu lebih baik lagi.

Dan karena alasan itu jugalah aku kenal dunia blogging. Tanpa pernah tahu kalau aku akan jatuh cinta pada dunia ini, tanpa pernah menyangka ada begitu banyak hal yang aku temukan di dunia ini.

Menulis ternyata dapat menjadi alat kontemplasi dan blog adalah tempat merenung yang paling sempurna. Menulis ternyata membuat aku ingin mengeksplorasi lebih jauh semua hal yang aku sukai. Menulis membuat aku merenungkan kembali semua hal yang telah aku lakukan. Menulis secara tidak langsung telah mendewasakan aku. Dunia blogging juga mempertemukan aku dengan orang-orang hebat, membuat aku berkenalan dengan teman-teman dunia maya, dan banyak hal yang bisa dipelajari dari mereka.

Memang, kamu hanyalah seseorang yang mengenalkan aku ke dunia blogging. Dan pada dasarnya aku sendiri yang harus berjuang mengembangkan Merry go Round, juga mengembangkan diri sendiri. Tapi aku yakin, Tuhan punya rencana besar dengan mempertemukan kita. Mungkin ini adalah salah satunya. Mungkin Tuhan masih punya rencana lainnya. Entahlah...

'I just can say thank you so much.
For always understanding and caring me'.


'Even though you can't do the same way?
That's my risk. You've told me from very first time'.
....
....
....
'And I'm fine with it :)'

Dear A. Kamu tahu? Salah satu cara mencintai seseorang adalah dengan merelakan dia untuk lepas bebas mengejar semua mimpinya.

Rabu, 17 November 2010

INAFFF10 Minus Film Indonesia


Film dapat dilihat sebagai sebuah karya seni atau sebagai barang dagangan. Karya seni disini tentu bukan merupakan seni murni (fine art), tetapi lebih sebagai seni terapan atau seni modern sehingga masyarakat awam masih bisa menerima dan mencernanya. Di sisi lain, film hanya dipandang sebagai barang dagangan yang dibuat untuk menghasilkan keuntungan. Film tak lebih dari sebuah komoditas yang dibuat dengan pertimbangan untung rugi. Semakin banyak penonton film tersebut maka semakin besar keuntungan yang akan diraup.

Adalah mungkin untuk membuat sebuah film seni yang komersil, sayangnya kebanyakan produser film Indonesia lebih mengutamakan keuntungan dibanding cita rasa seni. Mereka membuat film dengan satu formula, khusus untuk film horor formula andalan yang digunakan adalah cerita horor yang ternyata lebih banyak mengumbar adegan syur, bintang utama wanita dengan baju kurang bahan, dan yang sedang intens dilakukan adalah memakai bintang film porno luar negeri. Semua ini tentu dilakukan untuk menarik sebanyak mungkin penonton yang berkorelasi positif dengan keuntungan yang dihasilkan.

Indonesia International Fantastic Film Festival (INAFFF) adalah festival film yang mengkhususkan diri pada genre fantasi seperti horor, thriller, science fiction, dan animasi. Indonesia patut bangga karena INAFFF menjadi festival film pertama bergenre fantasi di Asia Tenggara dan yang kedua di Asia setelah Puchon Film Festival di Korea. Indonesia juga patut bangga karena dua tahun berturut-turut INAFFF dibuka oleh film lokal buatan sineas dalam negeri; Takut (Fear) sebagai opening film INAFFF08 dan Macabre (Rumah Dara) membuka layar INAFFF di tahun 2009. Namun Indonesia harus berbesar hati karena tahun ini tidak satu pun film lokal berhasil masuk dalam layar INAFFF.

Rusli Eddy selaku Festival Director INAFFF menyatakan kesulitan mencari film horor lokal yang dapat diputar di INAFFF. Pilihan yang ada sekarang hanya berkisar di cerita kuntilanak merintih atau setan yang datang bulan. Produser Sheila Timothy juga menyayangkan kualitas film horor Indonesia saat ini, padahal kalau dibuat dengan serius film horor berkesempatan membawa Indonesia ke kancah perfilman internasional.

Mau tidak mau harus diakui, kualitas film horor Indonesia memang disetir kepentingan komersil pembuatnya. Tambahkan saja pemeran panas wanita dan baju kurang bahan, pasti masyarakat berbondong-bondong menonton. Selera masyarakat juga yang membuat film semacam ini terus eksis di setiap bioskop Indonesia. Produser menganggap ide cerita yang melenceng dari formula andalan yang telah dibuat akan mematikan penghasilan mereka selama ini.

Memang memprihatinkan melihat kondisi seperti ini dan INAFFF menolak untuk tinggal diam. Setelah berhasil membuat festival film bergenre fantasi dan membawa puluhan film dengan genre tersebut kepada movie buzz, maka INAFFF membuat sebuah terobosan baru untuk memajukan kualitas film fantasi Indonesia. Hampir senada dengan saudara dekatnya JIFFest, INAFFF sedang mempersiapkan ajang Kompetisi Film Pendek untuk genre fantasi (horor, thriller, sci-fi) di pertengahan 2011. 

Kompetisi ini membuka kesempatan bagi umum, baik yang bergelut di dunia film maupun yang belum pernah membuat film sekalipun, untuk menyerahkan sinopsis mereka. Akan dipilih 25 tim terbaik untuk mengikuti workshop selama tiga hari yang akan membekali para pemenang tentang pengetahuan dalam pembuatan film dan pemasarannya. Sepuluh film pendek terbaik akan ditayangkan di INAFFF11 dan akan dipilih satu film terbaik. 

Berita yang terakhir ini tentu akan membuat semua movie buzz menahan napasnya: film terbaik akan diproduseri oleh LifeLike Pictures dan disejajarkan dengan tiga sutradara: Joko Anwar (Pintu Terlarang), Gareth Evans (Merantau), dan Timo Tjahjanto (Rumah Dara). Omnibus 4 film pendek ini akan diputar di seluruh bioskop nasional dan diikutsertakan ke berbagai festival mancanegara.

Mengusung semangat ini, maka INAFFF memutar Monsters (UK, 2010) sebagai opening film. Film besutan Gareth Edwards ini merupakan low budget movie yang menuai banyak kritikan positif. Hanya dengan dana 15.000 USD (sekitar 130juta), Gareth berhasil menampilkan kondisi Meksiko yang terinfeksi makhluk asing, menangkap kemiskinan khas negara dunia ketiga, dan menyentil halus kondisi politik Amerika - Meksiko. Gareth hanya menggunakan satu kamera selama pembuatan Monsters, bergerilya selama enam pekan di Meksiko dan (lagi-lagi) hanya memakai dua pemeran utama saja. Seluruh special effect yang ditampilkan dalam film pun hanya diolah dalam laptop sang sutradara. 

Terbukti, film berkualitas tidak melulu memerlukan dana super besar dan kreativitas tidak perlu mati di tangan para produser dengan formula andalan mereka. Banyak ide brilian sineas muda namun harus terbentur masalah dana dan sponsor, produser menolak cerita mereka karena terlalu melenceng dari formula yang selama ini dipakai. Sekarang saatnya mendobrak paradigma ini. Dengan kreativitas dan kecintaan akan film bertema fantasi, sebuah film memukau dapat dihasilkan. 

Jadi, siap untuk berpartisipasi dalam Fantastic Indonesian Short Film Competition 2011 dan ikut memajukan kualitas film Indonesia?

Spesial thanks to INAFFF for opening and closing invitation :)
Does he looked familiar?

Kamis, 11 November 2010

Mencicipi Animasi Ala Eropa

Satu hal yang selalu saya lakukan sebelum menonton film dalam sebuah film festival: lihat trailernya di YouTube. Biasanya festival film hanya mencantumkan jadwal, venue, dan sinopsis film, minus trailer. Jangan hanya mengandalkan sinopsis yang menarik karena tak jarang cara penerjemahan cerita dalam bentuk audio-visual  membuat film tersebut tidak semenarik sinopsis ceritanya. Alur cerita, akting pemain, cara bertutur cerita, sampai ilustrasi musik dapat dilihat lewat sebuah trailer film.

Perlu diingat juga, sinopsis film yang tidak menarik bukan berarti film tersebut membosankan. Synopsis do the crime :) Tidak jarang sinopsis yang kurang menarik dan tidak dijagokan dalam festival film justru memiliki cara bertutur yang sangat cantik. Ada kepuasan tersendiri jika menemukan film seperti ini dalam sebuah festival film, saya tidak hanya berkesempatan menonton film berkualitas yang tidak mungkin diputar di bioskop Indonesia, jumlah peminat film ini juga lebih sedikit dibanding film andalan jadi tidak perlu takut kehabisan tiket.

Festival film tentunya membawa beragam film dari berbagai belahan dunia dan setiap film memiliki cara bertutur khas sesuai negaranya masing-masing. Bagi saya yang selalu dicekoki cara bertutur drama tiga babak khas Hollywood (perkenalan tokoh utama – klimaks – penyelesaian) tentu butuh usaha ekstra untuk mencerna pesan yang ingin disampaikan lewat film non-Hollywood. Disni trailer film berperan besar agar saya dapat mempersiapkan diri untuk mencerna film akan ditonton plus menghindari film ‘berat’ yang berimbas kepada migrain mendadak.

The Secret of Kells adalah salah satu film yang saya ‘temukan’ dengan bantuan trailer di YouTube. Sinopsis yang ditulis dalam buku program sama sekali tidak memancing rasa tertarik, belum lagi The Secret of Kells masuk dalam kategori animasi, ‘Aihh... Anak kecil sekali’ pikir saya. Film ini langsung keluar dari ‘daftar film wajib nonton’ yang saya buat. Namun setelah melihat ini:


The Secret of Kells berhasil mencuri hati saya dan segera menduduki peringkat 1 ‘daftar film wajib nonton’.

Bercerita tentang Brendan, seorang calon biarawan berusia 12 tahun. Brendan tinggal dengan pamannya Abbot Cellach yang sibuk membangun tembok pertahanan untuk melindungi biara Kells dari serangan bangsa viking. Sebagaimana anak seusianya, Brendan selalu tertarik dengan hal-hal baru dan penasaran dengan semua yang terjadi di luar tembok biara. Brendan lebih suka bermain dalam scriptorium (studio tempat menulis naskah) bersama para scriptoria (penulis naskah) dibanding membantu pamannya.

Suatu hari datang Brother Aidan membawa Books of Iona yang belum rampung ke Kells. Pulau Iona sudah musnah karena serangan bangsa viking dan Brother Aidan hanya membawa Books of Iona sebagai satu-satunya harta berharga dari pulau tersebut. Konon buku ini dapat menyelamatkan sebuah peradaban. Melihat rasa ingin tahu Brendan yang demikian besar, Brother Aidan menunjukkan Brendan keindahan seni dan mendorong Brendan untuk berani mengeksplorasi dunia di luar tembok pertahanan; sebuah hutan misterius dengan berbagai mahkluk gaibnya. Ditemani Pangur Ban kucing kesayangan Brother Aidan, Brendan menjelajahi hutan dan bertemu seorang peri hutan bernama Aisling.


Aisling: 'And this is my forest'. (I L.O.V.E the scene)


Aisling song yang mengubah Pangur Ban menjadi sesosok roh untuk dapat menyelamatkan Brendan.

Umh, ceritanya terlihat begitu simpel dan ringan. Tetapi saya tidak mendapat 'hubungan' antara serangan bangsa Viking, sebuah buku, dan arti menyelamatkan peradaban. Saya kira ketika Brendan berhasil menyelesaikan Book of Kells maka buku tersebut memiliki kekuatan untuk mengalahkan bangsa Viking sehingga biara Kells tetap aman terlindungi. Ergh, sangat terlihat bahwa saya terlalu banyak mengkonsumsi animasi Jepang dan Hollywood.

Setelah browsing ke beberapa tempat, saya makin kagum dengan animasi ini. Siapa sangka ternyata The Book of Kells dibuat berdasarkan sejarah Irlandia di abad ke sembilan. Pada masa itu kerajaan Romawi hancur dan memasuki masa kegelapan (dark ages) dimana tingkat kriminalitas meningkat, pemerintahan dan hukum berhenti, masyarakat buta huruf dan buta akan ilmu pengetahuan. Di masa kegelapan ini agama memiliki peranan penting, biara menjadi pusat ilmu pengetahuan dan teknologi.
 
The Secret of Kells memberi gambaran betapa masyarakat di era kegelapan lebih memilih untuk mempertahankan diri dari belitan ekonomi dan kejahatan. Ilmu pengetahuan merupakan sesuatu yang mewah dan hanya dimiliki oleh segelintir orang. Inilah mengapa Abbot Cellach lebih memilih bekerja keras membangun tembok demi melindungi biara dan masyarakatnya. Books of Kells merupakan simbol ilmu pengetahuan dan Brendan terus berjuang menyelesaikan buku tersebut agar ilmu pengetahuan yang ada di dalamnya dapat terus disebarkan ke semua orang. Karena sesungguhnya, ilmu pengetahuan yang dapat menyelamatkan dan mengembangkan sebuah peradaban.

Tidak banyak yang tahu kalau The Secret of Kells berhasil masuk dalam nominasi Best Animated Feature Film Academy Award 2010. Apa yang membedakan The Secret Of Kells dengan animasi sejenis? Jika animasi Jepang memiliki kekhasan dengan tokoh kartun bermata besar dan animasi Hollywood menggambarkan tokoh laki-laki dengan sosok oh-so-superhero dan tokoh perempuan oh-so-supermodel, maka animasi Eropa tampil seperti lukisan yang dijadikan sebuah gambar bergerak. Setiap adegan dipenuhi ilustrasi menakjubkan yang berdiri sendiri-sendiri, walau demikian terdapat kesamaan makna sehingga tidak terjadi benturan antara gambar inti dan dekorasi ilustrasi.







The Secret of Kells tidak hanya memanjakan mata saat melihatnya; setiap ilustrasi rasanya dibuat dengan imajinasi bebas tanpa batas, namun The Secret of Kells juga membawa pesan pentingnya ilmu pengetahuan tanpa terasa menggurui. Seperti kata Aisling 'I have seen the book. The book that turned darkness into light'.

Referensi:
http://hanifah-azzahra.blogspot.com/2009/04/sejarah-desain-naskah-abad-pertengahan.html
http://www.flickmagazine.net/review/305-the-secret-of-kells.html