total ping

Tampilkan postingan dengan label BIOGRAPHY. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label BIOGRAPHY. Tampilkan semua postingan

Kamis, 17 Maret 2011

REVIEW: THE FIGHTER
























"I'm the one who's fighting. Not you."

Banyak film yang mengangkat tema tinju seperti Rocky (1976), Raging Bull (1980), Ali (2001), Million Dollar Baby (2004), Cinderella Man (2005), dan lain-lain. Beberapa contoh yang saya sebutkan tergolong sukses di pasaran, hal ini menandakan kalau film dengan tema tinju masih digemari. Kali ini David O. Russell kembali menyegarkan memori kita dengan film bertema tinju dalam The Fighter. Deretan pemain film Hollywood ternama bermain disini, sebut saja Christian Bale, Mark Wahlberg, Amy Adams, dan Melissa Leo. Berkat bakat dari para pemainnya itulah akhirnya The Fighter sukses berlaga dalam beberapa ajang penghargaan film seperti Golden Globe dan Oscar tahun ini, serta membuahkan piala untuk Christian Bale dan Melissa Leo.

Film ini mengangkat kisah nyata 'Irish' Micky Ward, seorang petinju yang terkenal pada masanya. David O. Russell mengemas kisah ini menjadi sebuah film dengan sangat baik. Christian Bale bermain menjadi Dicky Ecklund, kakak Micky yang kecanduan narkoba dan selalu mengulang-ngulang kisahnya saat mengalahkan Sugar Ray Leonard. Ada crew film yang mengikutinya, yang katanya sedang membuat sebuah reality show tentang kembalinya Dicky dalam ring tinju. Ibu mereka diperankan oleh Melissa Leo yang mempunyai keinginan kuat untuk dapat melihat anak-anaknya tenar, meskipun hal yang ia lakukan menyimpang dari kebenaran. Ia menyangkal kalau Dicky terlibat obat-obatan terlarang, juga merasa paling benar dan paling tahu kebutuhan anak-anaknya.

Lain lagi dengan karakter Mark Wahlberg yang lebih terkesan tenang sebagai Micky Ward. Ia menjalin hubungan cinta dengan Charlene Fleming yang diperankan Amy Adams disini. Mereka berkenalan di sebuah bar dan pada akhirnya Charlene berhasil membuka pikiran Micky dan menjauhkannya dari pengaruh buruk di keluarga, terutama sang ibu dan Micky. Pada awal film ini kita akan diperlihatkan betapa eratnya hubungan kakak beradik Micky dan Dicky. Mulai pertengahan muncul konflik diantara mereka dan juga sang ibu. Pada intinya, film ini menceritakan kisah perjalanan Micky Ward dari mulai sebelum sukses di ring tinju serta lika-liku hubungan dengan keluarganya tercinta.

Beruntung sekali The Fighter memiliki Christian Bale dan Melissa Leo yang memang terlihat paling mendalami karakter masing-masing, wajar saja kalau mereka lah yang mendapatkan piala-piala dengan gelar 'Best Supporting Actor / Actress'. Totalitas Bale semakin terlihat dengan menunjukkan penurunan berat drastis lagi dalam film ini setelah sebelumnya sudah pernah terlihat seperti tengkorang dalam The Machinist (2004) dan kembali sixpack dalam The Dark Knight (2009). Saya pun sampai bingung, sepertinya Bale gampang sekali menaik-turunkan berat badan, meski pada kenyataannya saya yakin hal itu pasti sangat sulit. Sayangnya, Mark Wahlberg yang mengaku selama ini menjaga bentuk tubuhnya agar tetap sixpack supaya lebih pas dengan karaternya pada film ini malah terlihat kurang menunjukkan emosi dan chemistry antara dirinya dengan Amy Adams juga kurang terjalin dengan baik. Namun secara keseluruhan The Fighter memberikan warna baru dalam film dengan tema tinju. David O. Russell mengemas film ini dengan gaya indie / vintage yang simple namun menarik untuk ditonton.






Sabtu, 12 Maret 2011

REVIEW: THE KING'S SPEECH
























"When God couldn't save The King, The Queen turned to someone who could."

Sejak kemunculan pertamanya dalam Telluride Film Festival pada bulan September tahun lalu, The King's Speech memang sudah diprediksi akan dengan mulus mendapatkan nominasi awards dan memenangkannya. Terbukti, film ini berhasil menjadi Best Motion Picture di ajang Oscar dan juga Colin Firth yang menyandang gelar Best Actor versi Oscar dan Golden Globe tahun ini. Bahkan sang sutradara pun berhasil meraih gelar Best Director Oscar 2011. Masih banyak lagi nominasi dan kemenangan yang didapatkan oleh The King's Speech. Film yang ditulis David Seidler dan disutradarai oleh Tom Hooper ini memang asik untuk dinikmati, didukung juga dengan akting menawan dari para pemain didalamnya.

Diangkat berdasarkan kisah nyata Raja George VI yang berjuang melawan kegagapannya, The King's Speech berhasil dikemas dengan sangat baik dan menghibur. Awalnya, Pangeran Albert (Colin Firth) merasa aman-aman saja dengan gagap yang dimilikinya. Namun, ketika ayahnya, Raja George V meninggal dunia dan melimpahkan tahta kerajaan kepada kakaknya Pangeran Edward (Guy Pearce), Albert mulai ketakutan. Ia tahu bahwa kakaknya sedang menjalin hubungan asmara dengan seorang janda, dimana hal itu menyalahi aturan kerajaan yang melarang seorang raja menikah dengan janda. Ketakutannya pun terbukti, Edward akhirnya melepaskan tahta dan menurunkannya pada Albert yang menjadi Raja George VI. Albert pun stress dengan beban yang sedang dipikulnya sekarang, yang paling membuatnya pusing tujuh keliling adalah kenyataan bahwa dirinya gagap!

Selama ini Bertie -sapaan akrab Albert- dan istrinya Elizabeth (Helena Bonham Carter) sudah sering berobat ke dokter-dokter hebat kerajaan namun penyakit sang suami tak kunjung sembuh. Suatu hari Elizabeth mendatangi seorang ahli pidato asal Australia bernama Lionel Logue (Geoffrey Rush) dan memintanya untuk menangani kesulitan suaminya dalam berpidato. Meskipun awalnya Bertie sangat tidak yakin dengan Lionel, perlahan terapi unik yang diberikan memberikan kemajuan. Dan pada tahun 1939, dimana Bertie harus mendeklarasikan perang dengan Nazi Jerman kepada seluruh bangsanya, ia memiliki Lionel disampingnya. Ia ingin membuktikan bahwa selain menjadi Raja yang baik ia juga bisa menjadi seorang komunikator yang handal.

Skrip David Seidler ini memang sangat pintar dan lucu, chemistry antara karakter Pangeran Albert dan Lionel terjalin dengan perlahan tapi pasti. Tom Hooper selaku sutradara juga sepertinya tetap membuat segala sesuatu dalam film ini terlihat sederhana namun mampu menggugah setiap orang yang menontonnya. Design kostum sangat mendukung dan membuat karakter yang ada lebih bersinar. Hal yang tidak kalah penting adalah para pemain dalam The King's Speech yang sangat pas. Colin Firth tentu saja memberikan salah satu performa terbaiknya. Begitu juga Helena Bonham Carter dan Geoffrey Rush yang sangat mendalami karakter mereka. Para cameo seperti Guy Pearce dan Michale Gambon juga menambah nilai plus. Sebuah film yang menghibur, menyentuh, dan juga informatif. Selamat untuk segala kemenangan yang diraih! :)






Kamis, 04 November 2010

REVIEW: THE SOCIAL NETWORK





























"A story about the founders of the social-networking website, Facebook."

Sejak mendengar nama David Fincher yang akan duduk di bangku sutradara dalam proyek film ini, saya langsung sangat excited! Fincher merupakan salah satu sutradara favorit saya, sudah banyak film-film berkualitas yang berhasil dihasilkannya, sebut saja Se7en (1995) dan The Curious Case of Benjamin Button (2008). Tentu saja tidak ketinggalan, Fight Club (1999), yang selalu masuk ke jajaran film kesukaan saya. Kali ini dengan The Social Network, Fincher kembali membuat saya terkesima. Film ini menceritakan biografi Mark Zuckerberg, pembuat website Facebook yang sangat fenomenal itu. Ada juga rekan-rekan Mark dalam mendirikan Facebook dari awal. Seru rasanya melihat visualisasi bagaimana awal terbentuknya sebuah website yang memang membuat para penggunanya yang tersebar di hampir seluruh belahan dunia menjadi sangat addicted. Perhatian Fincher pada setiap detail dalam film ini patut diacungi dua jempol, sampai-sampai The Social Network disebut-sebut akan menjadi kandidat kuat dalam beberapa nominasi Oscar berikutnya.

Mark Zuckerberg (Jessie Eisenberg) adalah seorang mahasiswa Harvard yang sangat jenius dalam bidang pemograman komputer. Ia telah membuat beberapa website yang memang menjadi heboh di universitas tersebut. Suatu hari ia mendapatkan ide untuk membuat sebuah website social-networking yang awalnya ia beri nama The Facebook. Mark pun mengajak sahabatnya, Eduardo Saverin (Andrew Garfield), untuk memberikan suntikan finansial dan bersama-sama menjalankan proyek yang mereka yakini akan menjadi 'besar' ini. Tidak disangka hanya dalam waktu dua jam sejak peluncuran perdananya, Facebook telah mendapat kunjungan sebanyak 22.000 hits! Namun tentu saja jalan yang mereka tempuh tidak mulus, mulai dari gugatan yang diajukan senior mereka di Harvard karena mereka merasa Mark telah mencuri ide mereka dan juga tawaran bantuan mencurigakan dari Sean Parker (Justin Timberlake); pendiri website Napster. Tentu saja jalan yang ditempuh seorang Mark Zuckerberg untuk menjadi 'the youngest billionaire in history' tidak akan mudah.

Saya terkesan sekali dengan deretan cast yang dipilih David Fincher untuk film ini, mulai dari Jesse Eisenberg, Andrew Garfield, sampai Justin Timberlake. Mereka semua bermain sangat brilian, tidak terkecuali Timberlake. Terus terang tadinya saya sangat meremehkan kehadiran Timberlake disini, saya pikir ia hanya akan menjadi 'perusak', but hey, saya salah! Justin Timberlake bermain apik disini, ini film pertamanya yang menurut saya berhasil membuat penonton yakin bahwa selain bernyanyi, ia juga bisa berakting. Kalau berbicara tentang Jesse Eisenberg, OH MY GOD, saya tidak tahu harus berkata apa! Siapa lagi yang cocok memerankan Mark Zuckerberg selain Eisenberg? Fincher tahu itu, ia tahu kalau Eisenberg adalah pilihan yang sangat tepat! Mulai dari wajah dan kesan 'geek', sampai kualitas akting yang superb. Dialog-dialog diucapkan Eisenberg dengan sangat meyakinkan dan sempurna tanpa cela. Awesome job! The Social Network bertopang pada skrip yang luar biasa dan akting para pemainnya. Masalah satu-satunya mungkin hanya ada pada ending yang menggantung, tetapi menurut saya memang sebaiknya dibuat seperti itu, jadi penonton bisa menebak-nebak sendiri bagaimana kelanjutannya. Akhirnya ada satu lagi film yang menerobos masuk kedalam list 'Best Movies 2010' versi Jagoan Movies! Woohoo!





Jumat, 17 September 2010

REVIEW: SANG PENCERAH




























"Sebuah biopik tentang KH Ahmad Dahlan"

Kalau sedang membicarakan tentang sutradara berkualitas di Indonesia, nama Hanung Bramantyo pasti masuk kedalam obrolan. Sebut saja Catatan Akhir Sekolah (2005), Jomblo (2006), Get Married (2007), Doa yang Mengancam (2008), Perempuan Berkalung Sorban (2009), Get Married 2 (2009), Menembus Impian (2010), dan masih banyak lagi. Kali ini Hanung memilih untuk mengangkat kisah hidup dari KH Ahmad Dahlan, yang merupakan pendiri organisasi Muhammadiyah. Sang Pencerah juga ditayangkan bertepatan dengan momen lebaran tahun ini, sehingga nuansanya terasa sangat pas. Film ini juga memboyong para aktor dan aktris ternama dalam negeri seperti Lukman Sardi, Slamet Rahardjo, Sudjiwo Tejo, Ikranegara, Yati Surachman, Dennis Adiswara, dan Zaskia Mecca. Ada juga dua orang penyanyi yang mencoba peruntungan dalam dunia seni peran yaitu Giring 'Nidji' dan Ikhsan 'Idol'. Perlu diketahui, film ini menghabiskan dana sebesar Rp. 12 Miliar!

Berlatar belakang di Jogja, kisah KH Ahmad Dahlan disini diceritakan sejak ia remaja dan masih memakai nama Muhammad Darwis (Ikhsan 'Idol'). Sejak muda Dahlan sudah memiliki jalan pemikiran yang berbeda dari orang lain. Ia ingin melakukan sebuah perubahan yang signifikan dalam agama Islam pada masa itu yang masih percaya tahayul dan menyembah sesajen. Sampai akhirnya Dahlan muda berkesempatan untuk pergi ke Mekkah untuk berhaji dan mendalami ajaran Islam. Setelah lima tahun berada di Mekkah, ia kembali ke kampung halamannya dan memulai perubahan demi perubahan yang menurutnya benar. Tentu saja perubahan yang dibawa Dahlan (Lukman Sardi) tidak segampang itu diterapkan, para penghulu di Masjid Gede Jogja gusar dibuatnya. Makian demi makian mulai dilontarkan kepada Dahlan, bahkan banyak yang menyebutnya 'kafir'. Namun Dahlan tetap memiliki lima orang murid yang setia dan turut andil dalam upayanya mendirikan organisasi Muhammadiyah.

Kalau tentang sejarah agama Islam dan Muhammadiyah saya sama sekali tidak tahu menahu, jadi apakah film ini sesuai dengan kenyataannya saya kurang bisa memberikan komentar. Namun, meskipun Sang Pencerah merupakan sebuah film biopik yang sarat dengan unsur Islami, sebagai non-Muslim saya masih bisa menikmati. Memang pada awalnya saya kurang tertarik dengan film ini, akan tetapi beberapa teman yang sudah menyaksikan membuat saya penasaran dan akhirnya memutuskan untuk mencoba menonton. Ternyata filmnya tidak menggurui dan banyak dialog-dialog bagus yang berisi pesan moral didalamnya. Saya juga merasa Hanung secara tidak langsung sepertinya mencoba untuk menyelipkan beberapa adegan yang 'menyindir' keadaan di negara kita saat ini. Good job! Tokoh Ahmad Dahlan yang diperankan oleh Lukman Sardi menurut saya juga sangat cocok sekali. Ada juga dua nama yang tadinya saya pikir akan jadi lelucon malah menunjukkan performa akting yang baik, yaitu Giring 'Nidji' dan Ikhsan 'Idol'. Secara keseluruhan film ini memiliki nilai produksi diatas rata-rata; skrip, tata gambar, dan pemilihan para pemain sangat baik, begitu juga dengan scoring hasil aransemen Tya Subiakto yang menggugah sepanjang film.





Rabu, 05 Mei 2010

REVIEW: IP MAN 2




























"Really great martial-art movie you have to watch!"

Pada Ip Man pertama tahun 2008 yang lalu kita dikenalkan kepada Ip Man, sosok guru dari seorang ahli bela diri Cina legendaris, Bruce Lee. Filmnya bercerita tentang kehidupan Ip Man di Foshan, Cina, dimana pada saat itu Cina sedang dijajah oleh Jepang pada sekitar tahun 1930an. Film ini masuk ke belasan nominasi di Hongkong Film Awards 2009 dan berhasil memenangkan dua diantaranya yaitu kategori Best Film dan Best Choreography. Hal yang wajar, karena menurut saya Ip Man adalah sebuah film martial-art yang memiliki jalan cerita yang menarik untuk diikuti, disertai dengan koreografi dan akting para pemain yang mumpuni. Film ini pun banyak digemari oleh orang-orang di luar negeri, termasuk Indonesia.

Melihat kesuksesan pada film pertama, saya awalnya sedikit skeptis dengan sekuel lanjutannya. Saya bertanya-tanya apakah Ip Man 2 akan lebih baik dari yang pertama? At least bisa menyamai kualitas film pertamanya. Terus terang saya kurang begitu yakin, karena biasanya sekuel dari sebuah film yang laris akan berada selevel dibawah film pertama atau malah akan terpuruk jauh dibawah film pertamanya. Tetapi ternyata saya salah, Ip Man 2 lebih baik dari yang pertama. Kalau saya bisa mengatakan Ip Man adalah sebuah film yang baik, maka Ip Man 2 adalah sebuah film yang lebih baik lagi. Saya termasuk bukan orang yang ngefans dengan film mandarin bertema martial-art, saya hanya sekedar menonton saja, namun tidak pernah memfavoritkannya. Namun tampaknya kedua film Ip Man ini telah mengubah pandangan saya, ternyata sebuah film martial-art mandarin akhirnya bisa juga menjadi favorit saya!

Ip Man 2 berkisah tentang Ip Man (Donnie Yen) dan keluarganya yang memutuskan untuk pindah ke Hongkong setelah selamat dari penjajahan Jepang di Foshan. Pada saat itu Hongkong masih dijajah oleh koloni Inggris. Keadaan ekonomi Ip Man juga sedang terpuruk, ia kesulitan membayar biaya sewa rumah dan uang sekolah anaknya. Bermodalkan kungfu aliran Wing Chun yang amat dikuasainya, ia memutuskan untuk membuka sekolah bela diri. Akan tetapi mengajar bela diri di Hongkong tidak semudah seperti di Foshan dulu. Ia harus berhadapan dengan para ketua dari aliran lain dulu sebelum diperbolehkan mengajar kungfu. Ip Man mau tidak mau harus meladeni tantangan ini, ia pun dihadapkan dengan Master Hung (Sammo Hung) dari aliran Hung Ga. Namun, masalah yang ada pada film ini bukan terjadi antar aliran namun dengan Twister (Darren Syahlavi), seorang jawara tinju yang didatangkan oleh koloni Inggris pada saat kompetisi tinju. Twister menghina dan melukai hati rakyat Cina dengan mengatakan hal yang menyakitkan tentang kungfu. Tentu saja Ip Man dan teman-teman tidak tinggal diam.

Melihat Donnie Yen yang berperan sebagai Ip Man saya tidak bisa membayangkan orang lain lagi. Jackie Chan atau Jet Li sekalipun tampaknya tidak akan terlihat begitu menyatu dengan karakter Ip Man. Donnie Yen seperti sudah ditakdirkan untuk memerankan tokoh Ip Man, ekspresi wajahnya, gerakannya, ketenangannya, semua menampilkan sebuah aura yang begitu kuat. Di Ip Man 2, Donnie kembali menunjukkan performa akting dan keahlian wushu-nya yang luar biasa. Apalagi kali ini aktor senior yang juga ahli wushu, Sammo Hung, ikut bermain dalam film ini. Sammo Hung tadinya hanya menyusun seluruh koreografi dalam film Ip Man, namun sekarang ia ikut bermain sekaligus kembali menyusun adegan koreografi dalam Ip Man 2. Koreografi dalam kedua film Ip Man benar-benar indah dipandang mata. Lalu, siapa bilang orang bertumbuh gemuk tidak bisa kungfu? Tonton aksi Sammo Hung dalam film ini! Meski sudah berumur dan tidak memiliki tubuh ideal, namun gerakan kungfunya masih sangat luwes. Salut!

Ip Man 2 menurut saya merupakan sebuah film martial-art mandarin yang wajib anda tonton. Tidak masalah meskipun anda belum menonton yang pertama, karena film ini memiliki plot cerita yang simple, jadi dijamin anda akan mengerti. Film ini mungkin bisa dikatakan sebuah film martial-art yang mendekati sempurna, karena meskipun bertemakan martial-art, namun film ini dikemas dengan cara penuturan cerita yang tidak 'ngasal' dan juga diselingi humor-humor yang segar. Cerita di Ip Man 2 memang jauh lebih datar dibanding yang pertama, namun masih sangat enjoyable dan mengandung nilai-nilai yang bisa kita pelajari. Nilai-nilai seperti cinta dan menghargai budaya negeri sendiri sangat kental disini. Akting para pemain utama dalam film ini juga patut diacungi dua jempol. Overall, very recommended movie, even though you're not Chinese, try to watch this one! :)





Kamis, 10 Desember 2009

SHORT JIFFEST MOVIE REVIEWS : MAMMOTH, COCO AVANT CHANEL, EVERLASTING MOMENTS, & LOVE THE BEAST




























Mammoth adalah film tentang sebuah keluarga kecil yang setiap individunya mempunyai masalah dan pemikiran masing-masing. Bukan hanya di dalam film ini saja, di keluarga dan orang-orang sekeliling kita pun pasti mempunyai jalan pikirannya sendiri. Film ini memperlihatkan kita bagaimana suatu masalah dilihat dari sudut pandang yang berbeda-beda. Gael Garcia Bernal dan Michelle Williams cukup cocok bermain sebagai sepasang suami istri muda di jaman modern seperti sekarang, meskipun di film ini mereka lebih banyak berada dalam frame berbeda. Sang anak yang diperankan Sophie Nyweide sangat lucu dan menggemaskan, bisa jadi saingan anak-anak lain di Hollywood nih! Mammoth bukan hanya drama keluarga seperti film biasa, cerita yang simple dan tidak biasa ini lah yang mengandung banyak pelajaran yang bisa kita petik dalam kehidupan. Bagi sebagian orang mungkin akan bosan karena durasi yang panjang, tapi kalau dihayati, film ini mengandung esensi kehidupan yang sebenarnya.





























Sedikit kecewa! Saya berharap kalau film ini akan menampilkan sisi seorang Gabrielle Chanel yang dengan susah payah membangun usaha fashionnya menjadi sebuah brand fashion raksasa dunia. Tapi ternyata film ini malah hanya menyuguhkan sisi percintaaannya saja. Saya tidak bilang kalau film ini jelek, hanya saja tidak sesuai dengan ekspektasi saya. Percintaan disini juga tidak istimewa, malah sedikit membosankan dan monoton untuk saya. Mungkin karena saya selalu menanti kapan sisi fashionnya akan diselipkan, ternyata sangat sedikit sekali. Tapi seperti biasa, Audrey Tatou tampil sangat brilian disini, pas sekali memerankan tokoh Coco Chanel. Harapan yang terlalu besar lah yang sepertinya membuat saya kecewa dengan Coco Avant Chanel.





























Film Swedia ini bercerita tentang kehidupan seorang wanita bernama Maria Larsson (Maria Heiskanen) yang memenangkan undian lotere berhadiah sebuah kamera. Karena tidak tahu cara penggunaannya kamera tersebut hanya disimpan di lemari. Bertahun-tahun kemudian ketika sudah menikah dengan Sigfrid Larsson (Mikael Perstbrandt) dan mempunyai beberapa orang anak, Maria dan keluarga mengalami kesulitan ekonomi. Secara tidak disengaja Maria menemukan kamera yang dimenangkannya dulu, lalu ia berencana untuk menjualnya. Akan tetapi nasib berkata lain. Ternyata dari kamera tersebut akhirnya Maria berhasil meringankan beban keluarganya dengan hasil fotonya yang luar biasa. Film keluarga yang indah kalau menurut saya. Dengan pendalaman tiap karakter yang sangat detail, membuat kita merasa mengenal karakter dalam film ini, terutama Maria Larsson. Gambar film ini pun terasa sangat klasik dan indah dengan nuansa warna sephia. Menurut saya film ini cantik, klasik, dan didukung dengan sentuhan vintage yang indah.





























Love the Beast ini film dokumenter yang bercerita tentang Eric Bana dan mobil kesayangannya, Beast. Disutradarai langsung oleh Eric sendiri. Film ini menyajikan kehidupan seorang Eric Bana yang terobsesi dengan dunia balap dan sangat mencintai mobil Ford Falcon XB Coupe yang dibelinya sejak berusia 15 tahun. Ikatan yang sangat erat antara ia dan mobilnya itu dibeberkan dengan jelas disini. Dari waktu ia belum menjadi artis Hollywood terkenal, Beast (re: nickname mobil Eric) lah yang setia menemani. Saya suka dengan film ini, karena mungkin saya juga suka dengan Eric Bana. Kalau kamu kurang suka dengan dunia otomotif dan tentunya Eric Bana sendiri, saya tidak menyarankan untuk menonton film ini. Meskipun sebenarnya di film ini ada makna bagus yang dapat diambil yaitu kecintaan seseorang dengan benda mati. Sebuah benda yang mempunyai sejarah khusus dengan kita, ikatan yang sangat kuat dan tidak dapat digantikan dengan apapun. Saya sangat suka dengan segmen obrolan Eric dengan Jay Leno dan Dr.Phil McGraw disini, sangat inspiratif sih menurut saya. Overall, saya sangat menikmati sekali. :)

Minggu, 06 Desember 2009

REVIEW : THE DAMNED UNITED




























"They love me for what I'm not... ...they hate me for what I am."

Film pertama saya di JiFFest adalah The Damned United. Dan ternyata pilihan saya tidak salah. The Damned United tidak hanya bercerita tentang sepak bola saja, akan tetapi juga mengenati keberhasilan, kegagalan, usaha, kegigihan, kesalahan, persahabatan, dan cinta. FYI, saya terlambat masuk theater sekitar 20 menit, jadi awal filmnya saya ketinggalan. Untungnya, masih bisa dimengerti sampai akhir. Jadi kira-kira begini ceritanya, Brian Clough (Michael Sheen) yang berprofesi sebagai manajer klub sepak bola dan asisten sekaligus teman baiknya, Peter Taylor (Timothy Spall) berhasil membawa klub Derby County yang tadinya berada di level paling bawah divisi II ke puncak divisi I. Suatu pretasi yang sangat amat membanggakan. Nama Brian Clough pun menjadi terkenal seantero Inggris karena keberhasilannya itu. Namun suatu ketika, para pemilik yang memegang saham Derby County meminta Brian untuk mengalah pada pertandingan melawan salah satu klub ternama karena alasan faktor materi. Tidak dipungkiri dalam dunia persepakbolaan memang banyak kecurangan semacam ini atau biasa disebut 'main sabun'. Maaf nih kalau salah, mungkin para cowok pecinta sepak bola bisa bantu dengan penjelasan yang lebih tepat. Hehe.. Lalu, Brian pun tidak menuruti permintaan mereka, karena ia sangat menjunjung tinggi sportivitas dalam sebuah permainan sepak bola. Akibatnya ia dan Peter Taylor pun dipecat dari Derby. Karena masalah ini persahabatan mereka pun diuji, Peter yang sudah sangat nyaman bekerja di Derby pun tidak terima dirinya dipecat karena ulah Brian. Akhirnya Brian menerima tawaran untuk menjadi manajer di klub kenamaan Leeds United, yang selalu menjadi 5 besar divisi I. Ternyata menangani klub yang namanya sudah besar tidak semudah yang diduganya. Banyak tantangan dan cobaan yang harus dilalui. Dan itu semua tentu tidak mudah. Well, saya suka sekali dengan film ini. Cara penuturannya sangat unik dan penataan gambar juga terlihat indah dengan sentuhan vintage yang cantik. Akting Michael Sheen tidak perlu diragukan lagi, ia kembali mengulang akting briliannya dalam Frost/Nixon beberapa waktu lalu. Kali ini berperan sebagai Brian Clough, bukan hanya mirip akan tetapi kharisma yang ditampilkan juga luar biasa. Tidak terbayang kalau bukan Sheen yang main disini. Two tumbs up! Tali persahabatan antara Brian Clough dan Peter Taylor juga tervisualisasi dengan baik oleh Michael Sheen dan Timothy Spall, sampai-sampai adegan akhir film ini membuat saya tertawa keras. Haha.. Film ini diangkat dari novel berjudul sama, The Damned Utd karya David Peace, ditulis berdasarkan kisah nyata seorang Brian Clough yang disebut-sebut sebagai manajer klub sepak bola terbaik di Inggris sampai sekarang. Boleh ditonton nih guys, apalagi untuk para pecinta sepak bola. Dijamin kamu jadi tahu ternyata menjadi seorang manajer klub sepak bola itu tidak semudah yang semua orang kira. :)




Sabtu, 30 Mei 2009

COCO avant CHANEL
























"Fashion fades, only style remains the same"

Fashionista..get ready for this movie! Jangan ngaku Chanel-mania kalau belum nonton film ini! Masa cuma suka dan pakai barangnya tapi sama sekali ga tau gimana sejarah brand itu bisa terbentuk dan sehebat sekarang. Ya, Chanel memang brand yang digilai para wanita, koleksinya classic, elegant, dan timeless, tapi saya sih belum mampu beli, mahal gila! Hahaha.. Film ini akan rilis di Amerika dengan judul Coco before Chanel, diadaptasi dari buku L'irreguliere karya Edmonde Charles-Roux tentang awal berdirinya rumah mode Chanel. Filmnya sendiri menceritakan kisah hidup penata busana legendaris almarhum Coco Chanel atau Gabrielle Bonheur Chanel. Kabarnya Karl Lagerfeld yang ditugaskan untuk menghidupkan kembali karya" Coco, berperan sebagai Art Director berarti Karl pun harus mengawasi pembuatan baju" dan aksesoris yang akan dikenakan para aktor dan aktris dalam film ini. Coco avant Chanel akan dibintangi oleh model brand Chanel terbaru yaitu Audrey Tatou. Menurut saya pilihan untuk menggunakan Audrey Tatou sebagai pemeran Coco Chanel sangatlah pas, kalau dilihat sekilas memang mereka 'agak' mirip sedikit. Dan lagi dengan adanya Karl Lagerfeld yang langsung turun tangan disini, wah wah perfecto! Tapi menurut kabar, poster film ini sedang dilarang beredar di Perancis, karena terlihat Audrey sedang memegang sepuntung rokok, pemerintah Perancis sekarang sedang kritis menangani tentang masalah iklan rokok, menurut mereka dengan memasang poster ini takutnya akan memberikan pengaruh buruk pada masyarakat Perancis. Namun dari pihak film ini menganggap kalau poster film ini adalah yang paling tepat untuk menggambarkan sebuah kepribadian yang kuat dan sebuah modernisasi. Kira" film ini bakal tayang di Indonesia ga yaa? Humpff. . . >.<

Pemain :
Audrey Tatou
Benoit Poelvoorde
Alessandro Nivola
Marie Gillain
Sutradara :
Anne Fontaine
Penulis :
Edmonde Charles-Roux
Anne Fontaine
Produksi : Warner Bros. Pictures





Minggu, 07 Desember 2008

WHAT I CRAVING FOR? THE SOLOIST!























"Life has a mind of its own"

Duhh..ga sabar banget deh nunggu film ini diputar di bioskop kita! Memang sih udah banyak banget DVD bajakannya dijual dimana" (stop piracy), tapi saya tetep keukeuh mau nonton di bioskop! Hehehe.. Film The Soloist ditulis oleh Susannah Grant, yang juga menulis untuk film Erin Brockovich, dan disutradarai oleh Joe Wright yang sukses bikin film Atonement dan Pride and Prejudice. Ceritanya diangkat dari kisah nyata seorang musisi tuna wisma dan mengidap penyakit bernama schizophrenia bernama Nathaniel Ayers (Jamie Foxx). Dilain pihak seorang kolomnis di media Los Angeles Times bernama Steve Lopez (Robert Downey Jr) mempunyai rencana untuk menulis tentang para musisi jalanan. Dalam usahanya mencari berita, ia berkenalan dengan Nathaniel Ayers. Tadinya rencananya film ini bakal dirilis tanggal 21 November 2008, tapi karena adanya kendala akhirnya rilis diundur sampai tanggal 13 Maret 2009. Huhuhu.. Padahal pengen cepet" liat aktingnya Robert Downey lagi nih! Robert memang jagonya berbagai macam peran, mulai dari superhero Iron Man, peran jayus seperti di Tropic Thunder, semua pasti dilakoninya dengan manthapppp!! Dan lagiiiii, saya rasa Jamie Foxx patut diacungi jempol untuk aktingnya di film ini, coba deh liat trailernya!

Btw, Selamat Hari Raya Idul Adha untuk yang merayakan!

Pemain :
Robert Downey Jr.
Jamie Foxx
Catherine Keener
Stephen Root
Tom Hollander
Sutradara :
Joe Wright
Penulis :
Susannah Grant
Steve Lopez
Produksi :
Dream Works


Kamis, 04 Desember 2008

FROST / NIXON























"400 million people were waiting for the truth"

Masih inget skandal Watergate? Yupp, filmnya ini bercerita tentang bagaimana hebohnya acara interview yang dilakukan oleh salah seorang penyiar televisi, David Frost (Michael Sheen), dengan orang besar nomor satu di Amerika saat itu, presiden Richard Nixon (Frank Langella). Hasil wawancara tersebut benar" merupakan pisau belati bagi seorang presiden. Pasalnya melalui acara interview yang disiarkan langsung oleh stasiun televisi ABC dan NBC membuat wawancara ini dapat dilihat oleh jutaan pasang mata di seluruh dunia, Nixon benar" habis dikuliti oleh pertanyaan demi pertanyaan yang memojokkan. Dikuliti akan kebobrokan pemerintahannya! Sebutan yang tengah tren sehubungan dengan kasus Nixon tersebut adalah Watergate Scandal. Film ini merupakan film wajib tonton bagi anda yang memang menyukai film" based on a trus story dan sejarah. Lagipula sutradara film Frost / Nixon ini juga mantap koq! Hehe. . . Ron Howard adalah sutradara yang pernah meraih Academy Award for Best Director dalam film A Beautiful Mind, dan ia juga pernah menyutradarai film The Da Vinci Code.

Pemain :
Frank Langella
Michael Sheen
Kevin Bacon
Rebecca Hall
Toby Jones
Sutradara :
Ron Howard
Penulis :
Peter Morgan
Will Eisner
Produksi :
Universal Studios